News

Acara Bedah Buku dan Seminar Nasional ASEAN Berlangsung Sukses di Universitas Hazairin Bengkulu

Rangkaian pertemuan dihadiri oleh 22 negara dan sembilanorganisasiregional/internasional. Di bidang bisnis, ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) dihadiri oleh 2.500 peserta, 96 pembicara, dan 16 perusahaan. Capaian Indonesia termuat dalam 90 outcome documents didasari empat pilar Keketuaan.

Nara sumber kedua Bagas Hapsoro menjelaskan bahwa organisasi regional ini memiliki mekanisme dan jenjang yang panjang dimana semua pemimpin dari level daerah sampai nasional dilibatkan dalam pengambilan keputusannya.

Baca Juga : Enam Strategi Promosi Pariwisata Bersama The 50th ASEAN NTOs

Selanjutnya dijelaskan tentang pentingya pengetahuan tentang potensi ekonomi di Bengkulu, yaitu: kopi, turisme dan pembenahan infrastruktur khususnya transportasi.

Dijelaskan pula oleh Bagas, bahwa potensi bisnis tanaman kopi sangat menjanjikan di Kapahiang, Rejang Lebong, Bahkan, pada tahun 2019, kopi Bengkulu dinobatkan sebagai kopi Robusta terbaik di dunia, dan sukses meraih tiga medali dalam kontes AVPA France.

Baca Juga : Gelar Gathering Alumni yang Ketiga, ASEAN Foundation Fokus Pengembangan Keterampilan Masa Depan

Mengutip data Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong menunjukkan luas areal perkebunan kopi rakyat di daerah itu sampai dengan akhir 2021 mencapai 30.000 hektare dengan luasan kebun yang sudah berproduksi lebih dari 23.100 hektare.

Tantangannya adalah infrastruktur perkebunan dan teknologi pertanian, peralatan, SDM, produktivitas yang menurun, kondisi tanah yang semakin tandus. Untuk itu diperlukan blockchain technology, traceability dan peranan dari pemerintah daerah dan pembinaan yang terus-menerus dari kementerian/lembaga terkait. Perlunya pembelajaran tentang diplomasi kopi di universitas. Perlunya sinergitas dari pemda, lembaga pendidikan, LSM, pebisnis, koperasi kopi. 

Terkait turisme, disarankan bahwa cagar budaya dan tempat-tempat lokasi yang memiliki kearifan lokal perlu dikembangkan dengan kerjasama Kemendikbud. Disamping perlunya ditetapkan desa agrowisata juga perlu dikerjasamakan.

Perhatian Generasi Z Terhadap ASEAN Meningkat

Dari diskusi dan tanya jawab dengan peserta seminar terlihat minat generasi Z terhadap ASEAN dan politik luar negeri meningkat.

Pertanyaan yang disampaikan juga disertai dengan beberapa fakta dan data bahwa para mahasiswa mengikuti perkembangan situasi regional. Namun demikian tetap diperlukan info terkini, pengarahan, keputusan atau outcome dari hasil sidang ASEAN.

BAaaca Juga : Krisis Pariwisata ASEAN Akibat Pandemi Covid-19 Didiskusikan dalam Forum ASTSE Secara Virtual

Hal ini sesuai dengan komentar dan pengamatan Sutadi (salah seorang nara sumber) bahwa kebutuhan mahasiswa adalah membaca, mempunyai data yang akurat, membuat analisa dan berdiskusi.  

Menurut catatan Unihaz termasuk aktif melakukan kegiatan yang bertema internasional termasuk ASEAN dengan Kementerian Luar Negeri. Ini tidak lepas dari dedikasi civitas academica yang tergabung dalam PSA untuk tidak saja membumikan ASEAN tetapi juga memanfaatkan keberadaan organisasi regional ini untuk kepentingan Bengkulu. (*)

  • Sumber : Ilyas Abdul Manan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *