Event

EO Diuntut Mandiri dan Mampu Menciptakan Event Kreatif

Wartaevent.com – Palembang. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika sport event (event olahraga) mampu memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Indonesia. Studi dampak ekonomi dari pelaksanaan event ASIAN Games 2018 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) pada tanggal (16/10/2018) lalu menunjukan angka yang positif.

Dari 40 cabang olahraga (cabor) yang diikuti oleh 45 negara, dengan jumlah atlit sebanyak 11.326, 6.000 official, diliput oleh 7.000 media dan melibatkan 11.567 volunteer ini mampu mendatangkan 1,7 juta kunjungan wisatawan nusantara dan 78.854 wisatawan mancanegara (wisman).

Dalam data tersebut pun disebutkan, pengeluaran pengunjung ASIAN Games 2018 untuk wisman mencapai Rp1.9 triliun. Sedangkan untuk wisatawan nusantara Rp1,8 triliun. Souvenir, hotel dan kuliner (makan dan minuman) menempati posisi yang tertinggi.

Data ini menunjukan bahwa, sport event memiliki dampak signifikan untuk terus dikembangkan sekaligus sebagai model dalam meningkatkan pendapatan sekaligus memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang berada dalam lingkaran tempat penyelenggaraan event.

Akan tetapi, data detail seperti ini belum pernah dilakukan atau dilaporkan oleh stakeholders Meeting Incentive Convention Exhebition (MICE) ke pemerintah. Padahal, agenda MICE sangat banyak dan tersebar di beberapa kota besar di seluruh Indonesia.

Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Pengembangan Indistri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam Workshop Pengembangan Wisata Olahraga yang mengangkat tema “Potensi bisnis sport event dalam meningkatkan dampak ekonomi bagi destinasi tuan rumah penyelenggara” hari Jum’at (26/10/2018) kemarin di Palembang, Sumatera Selatan, menyatakan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) belum mendapatkan data yang terkait event dari para pelaku usahanya.

Padahal, kata Deputi Rizki, Kemenpar membutuhkan data detail seberapa besar dampak ekonomi penyelenggaraan event olahraga terhadap peningkatan ekonomi di setiap daerah. Jika sudah diketahui dampaknya maka Kemenpar akan menyusun setrateginya. “Seperti yang selalu disampaikan oleh Menteri Pariwisata, jika kalian tidak dapat menghitungnya maka kalian pun tidak dapat memenejnya,” terang Deputi.

Dalam kesempatan tersebut, ia pun berharap agar para Event Organizer (EO), untuk terus menumbuhkan dan berkreativitas dalam menciptakan suatu event. Kemudian pada sisi lain, tidak sedikit pula para EO menggantungkan pada proyek-proyek dari pemerintah.

Untuk itu dalam kesempatan ini pemerintah ingin mendorong agar EO menciptakan event. Perlu diketahui, pemerintah tidak diperbolehkan membuat event, pemerintah itu hanya endorser atau mendukung. Seharusnya event itu dibuat dan dikerjakan oleh event organizer. Hal ini harus dilakukan agar setiap event itu berkelanjutan.

Hal senada pun dikatakan oleh Bambang Supriyanto, Presiden Direktur, Jakabaring Sport City. Menurut Bambang, pemberian incentiv sampai permodalan nol rupiah untuk pembiayaan event sama sekali tidak mendidik.

“JSC, tidak bisa memberikan incentiv seperti menggratiskan lokasi event. Minimal memberikan diskon seperti paket menginap di wisma atlit, dan atau memberikan potongan harga untuk lokasi event-nya. Kalau incentiv sampai gratis dirasa kurang mendidik juga,” pungkas Bambang. [Fatkhurrohim]