News

Hormati Keberagaman Saat Berdakwah di Internet

WARTAEVENT.com – Makassar. Internet, termasuk media sosial, kini menjadi salah satu saluran untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan lewat dakwah. Selain bisa lebih menjangkau banyak kalangan, berdakwah di internet lebih efisien. Namun, patut disadari bahwa pengguna internet sangat majemuk dan beragam.

Hal itu menjadi perbincangan dalam webinar bertema “Dakwah yang Ramah di Internet” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Jumat (15/7), di Makassar, Sulawesi Selatan. Hadir sebagai narasumber adalah Direktur PT Mahakarya Berkah Sejahtera & Dosen Komunikasi IAI Dalwa Pasuruan Muhajir Sulthonul Aziz S.Kom M.I.Kom; Budayawan sekaligus Relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Akhmad Baehaki; Ketua Jurusan Jurnalistik FISIP UHO sekaligus Relawan Mafindo Kendari Marsia Sumule G S.SOS M.I.Kom.

Baca Juga : Elemen Non Pemerintah Harus Turut Sukseskan Literasi Digital

Dalam webinar tersebut, Muhajir Sulthonul Aziz mengatakan, seluruh lini  kehidupan masyarakat telah mengalami transformasi digital, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, pemerintahan, hingga sektor keagamaan. Sekarang ini, internet merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam mencari ilmu dan belajar keagamaan.

Sehingga, hal tersebut menjadi ladang dakwah baru bagi ulama, pendeta, dan pemuka agama lainnya. Namun persoalannya, banyak pemuka agama yang terlalu fanatik dalam mengajarkan agama serta mengesampingkan kemajemukan bangsa.  Padahal, Indonesia adalah negara besar yang tersusun dari ribuan bangsa dan suku. 

Baca Juga : Tangkal Radikalisme, Bekali Pelajar dengan Literasi Digital

“Akhirnya, internet justru memunculkan hal yang negatif, di mana banyak tokoh yang menggunakan dalil agama untuk kepentingan politik, menista, dan panggung pencitraan. Janganlah menjadikan agama di internet sebagai objek perpecahan bahkan mencoba menampilkan paham-paham baru,” tuturnya. 

Menurut Akhmad Baehaki, kehadiran internet dan media sosial berdampak positif pada jangkauan dakwah yang semakin luas. Namun di sisi lain, era digital juga membawa ancaman dan tantangan baru dalam berbudaya, di antaranya mengaburnya wawasan kebangsaan, mengikisnya nilai kesopanan dan kesantunan, serta berkurangnya toleransi dan penghargaan dalam menyikapi perbedaan.

Baca Juga : Anak Muda Harus Melek Literasi Digital untuk Cegah Penyebaran Misinformasi

Ia menambahkan, para pendakwah memiliki hak dan tanggung jawab seperti menjaga hak dan reputasi orang lain serta menjaga keamanan nasional dan ketertiban masyarakat. Para pemuka agama juga harus mengedepankan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika baik dalam memilih tema maupun sasaran dakwahnya,

“Manfaatkan ruang digital untuk kemudahan dakwah yang tetap berlandaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, serta menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya di tempat belajar dan saat berinteraksi. Jadikan ruang digital sebagai tempat bertumbuhkembangnya anak-anak kita sekaligus untuk menempatkan kita sebagai bangsa yang bermartabat,” kata Baehaki.

Baca Juga : Literasi Digital Pintu Mengenalkan Budaya Indonesia Kepada Dunia Luas

Sedangkan Marsia Sumule yang tampil di sesi ketiga memaparkan materi tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mewaspadai radikalisme di ranah digital. Ia mengatakan, paham radikalisme dapat diartikan sebagai  perlawanan sekelompok rakyat melawan tirani untuk perubahan kebijakan politik, sosial, dan ekonomi dengan mengedepankan kekerasan.

Perkembangan media sosial dan internet sekarang ini terkadang dimanfaatkan oleh sebagian pihak untuk menghasut bahkan memprovokasi warganet sehingga dapat mengganggu ketentraman keamanan negara. Oleh sebab itu,  cara yang dapat dilakukan untuk melawan paham tersebut di antaranya lewat produksi dan penyebaran konten positif, serta mengajak generasi muda agar dapat mendalami informasi di media digital secara tuntas.

Baca Juga : Tidak Cukup dengan Literasi Digital Promosikan Budaya, Ini Lengkapnya

“Kita harus mengajak generasi muda untuk bersikap kritis, karena tidak semua konten yang ada di internet dan media sosial itu baik-baik saja. Ajak mereka untuk memanfaatkan keterampilan digitalnya lewat pemanfaatan fitur-fitur untuk memverifikasi data dan fakta,” ujar Marsia. 

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Baca Juga : Pemerintah Adakan Literasi Digital untuk Meneabas Habis Hoax, Ini Langkah Selanjutnya

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *