Lifestyle

Lahir dengan Privilese, Memang Bisa Pilih Dilahirkan Siapa?

Begitu pula dengan Axton. Dia sering ikut serta dalam aksi-aksi sosial untuk masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Salah satunya adalah kegiatan pencegahan gizi buruk pada 2018 yang diikuti oleh Indofood. Kegiatan itu mendukung upaya pencegahan stunting dan peningkatan gizi untuk anak Indonesia.

Mereka berdua adalah contoh kecil bahwa anak-anak kelahiran privilese tidak sepenuhnya buruk. Cap negatif bahwa anak terlahir kaya akan menjadi manja adalah sebuah stereotipe. 

Baca Juga : Integritas vs Intelektualitas, Mana yang Lebih Diharapkan Ada pada Pemimpin Perempuan?

Sebenarnya yang harus dibicarakan bukan tentang mereka dilahirkan dari siapa, tetapi bagaimana mereka membentuk diri menjadi yang terbaik dan memberikan manfaat untuk orang lain. 

Mengutip kata inspiratif ibu Susi Pudjiastuti,”bermimpilah setinggi-tingginya. Yang harus dibayar adalah mewujudkan mimpi itu. Cara bayarnya dengan kerja keras, semangat dan komitmen”.

Maka, obrolan produktif yang seharusnya diarahkan untuk membicarakan privilese adalah bagaimana masing-masing dari kita berkaca lagi untuk membawa kemudahan yang kita punya dalam hidup menjadi kemudahan bagi orang lain. 

Selesaikan budaya menunjuk orang, dan bersama-sama membangun solidaritas saling mengangkat kehidupan satu sama lain. 

  • Penulis : Dhani Linuwih *Anggota Perempuan Indonesia Satu
  • Photo by: @elon.ai & axtonsalim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *