News

Medsos Bisa Dikatakan Pasar Bebas Ide, Hati Hati dalam Penggunaanya

WARTAEVENT.COM, Kab. Pamekasan – Media sosial (Medsos) selama ini telah membongkar batas-batas pergaulan yang sebelumnya masih menyisakan sekat norma dan etika. Medsos juga melabrak batas usia dalam berinteraksi. Di satu sisi kita sedang menikmati proses demokratisasi, kebebasan, dan kesetaraan dalam ruang maya.

Para warganet pengguna medsos harus bisa bersikap cerdas dengan perangkat gawai mereka dalam menggunakan medsos untuk  menutup ruang-ruang kekerasan dan perpecahan.

Ve Syafina, Key Opinian Leader & Fashion Enthusiast, mengakui perkembangan teknologi melalui dunia maya (internet) dewasa ini tidak bisa dihindari. Yang mana proses perkembangan teknologi itu kurvanya cenderung sangat cepat dan sangat tinggi. Perspektifnya pun balance, ada hal-hal positif dan negatf.  

“Teknologi seperti internet, medsos sekarang ini bisa dikatakan menjadi pasar bebas ide. Siapa pun dengan keinginan ataupun tujuan, baik negatif dan positif bisa masuk di situ untuk memasarkan ide-ide mereka. Ini menjadi persoalan yang serius kalau seandainya ide yang ditawarkan itu adalah ide-ide tentang kekerasan atas nama agama, pelanggaran HAM, atau tentang terorisme dan segala macamnya. Sementara literasi digital di masyarakat sendiri sangat pelan,” ujar Ve, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (7/7/2021).

Ia juga mengatakan, kehadiran teknologi dan medsos sekarang ini cenderung bebas tanpa batasan geografis, sehingga target penjualan ide-ide di pasar bebas virtual ini siapa pun bisa dapat.  Namun yang menjadi masalah adalah ketika yang menjual ide itu adalah orang yang ‘ahli’ untuk mengacaukan pikiran seseorang atau keinginan negatif lainnya. Di mana mereka juga akan mempelajari psikologi para pengguna digital.

“Mereka akan melihat para netizen ini statusnya seperti apa, teman-temannya seperti apa. Jadi cara masuknya itu seperti teman biasa yang sudah akrab dengan segala macam disesuaikan dengan keinginan netizen seperti apa. Maka nanti pelan-pelan ide-ide negatif itu akan dimasukkan ke situ. Nah itu yang menjadi persoalan,” katanya.

Menurutnya, pengguna media sosial harus bisa menahan diri jika memperoleh informasi yang didapat. Karena ketika bermain di media sosial, ada satu kalimat yang sering dikatakannya dengan sebutan ‘berhenti sejenak’.

“Berhenti sejenak di sini artinya adalah ketika kita menerima sebuah informasi maka kita harus berhenti dulu sejenak untuk berpikir jernih. Jangan buru-buru ditelan, jangan buru-buru di-share dan juga jangan buru-buru diakui sebagai sebuah kebenaran ataupun sebagai sebuah kesalahan,” kata.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (7/7/2021) juga menghadirkan pembicara Namiranda (BD Online, Former Senior Partnership Sponsorship at LOKET (Gojek Group)), Huma Siyan Indie (Creative Director @yvermore), Ani Berta (Founder Indonesian Social Blogpreneur Community), dan Dr. Vera Suryani (Ketua Lab. Forensic and Network Security).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *