Travel

Menpar Arief Yahya: Menjadikan Pariwisata Sebagai Leading Sektor

Warta Event – Bandung. Kemajuan dan perkembangan pariwisata tidak dapat berjalan dengan sendiri adalah suatu fakta. Pariwisata dapat berkembang dan menjadi lebih baik jika menggandeng beberapa elemen lainnya seperti pemerintah, pelaku bisnis, komunitas, akademisi dan media atau biasa disebut dengan pentahelix.

Upaya ini dilakukan untuk menjadikan pariwisata sebagai leading sector. Dan faktanya, pariwisata Indonesia mampu menyumbang devisa sebesar 10% PDB nasional. Prosentasenya tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan tren naik sampai 6,9%, melebihi industri agrikultur, manufaktur, otomotif dan pertambangan.

Untuk itu, Arief Yahya, Menteri Pariwisata saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia yang berlangsung pada hari inj Senin malam (13/03/2017) di Hotel Mercure Bandung menyatakan, mengembangkan pariwisata harus bersinergi. Dengan demikian tidak akan ada yang mengalahkan pariwisata Indonesia.

image

Arief Yahya menjelaskan, perkembangan kepariwisataan yang positif tersebut membutuhkan sinergi yang kuat dari lima pemangku kepentingan utama pariwisata yang terhimpun dalam sinergitas pentahelix sebagai upaya mewujudkan target nasional 2019 yakni mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) dengan perolehan devisa sebesar Rp 280 triliun.

“Presiden Joko Widodo telah menetapkan lima prioritas pembangunan nasional, yaitu pangan, energi, maritim, kawasan industri dan KEK, serta pariwisata. Priwisata ditetapkan sebagai leading sector karena sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dan devisa yang besar serta menciptakan lapangan kerja yang paling mudah dan murah.

“Kontribusi devisa pariwisata terhadap penerimaan devisa nasional tahun 2015 sebesar US$ 12,6 miliar atau mencapai 9,3% secara nasional dan menempati ranking ke-4 setelah minyak bumi dan gas (US$ 18,9 miliar), batu bara (US$ 16,4 miliar), dan kelapa sawit (US$ 15,5 miliar),” tegas Menoar Arief Yahya. [Fatkhurrohim]