Profile

Saudara Sebatik Project, Ingin Mewujudkan Mimpi di Perbatasan Negara

Warta Event – Pulau Sebatik. Mari bantu Saudara Sebatik Project untuk berselancar dalam lautan mimpi, memilih dan memastikan masyarakat pulau sebatik mendapatkan fasilitas pendidikan, air bersih, dan menjadi desa mandiri dalam mengembangkan kekayaan alam secara mandiri tanpa harus tergantung dengan Negara lain.

Pulau Sebatik merupakan salah satu teras terluar wilayah Indonesia yang berbatasan darat langsung dengan negara Malaysia. Pulau satu-satunya di dunia yang terpaksa harus dibelah dua, antara kita dan Malaysia.

Melihat keadaan wilayah perbatasan mungkin yang terbayangkan adalah wilayah yang tertinggal dan jauh dari jangkauan pemerintah. Banyak mimpi-mimpi kecil yang menjadi harapan bagi masyarakat sebatik untuk bisa menjadi wilayah yang sama dengan lainnya.

Kamil Mahfudin Kosa, Ketua Saudara Sebatik Project, mengatakan, ditengah-tengah berbagai kekurangan yang ada di pulau sebatik, ada suatu sekolah bernama Tapal Batas dimana sekolah itu adalah tempat menimba ilmu anak-anak yang orang tuanya bekerja sebagai TKI di Malaysia.

Dengan keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana anak-anak ini bersekolah dengan penuh semangat. Ini terbukti dengan pengorbanan mereka untuk bisa sampai ke sekolah yang menempuh perjalanan hingga setengah hari berjalan kaki.

Sebatik Project (4)

“Bahkan beberapa siswa harus menginap di sekolah agar tetap bisa bersekolah, hal ini dilakukan bukan karena mereka tidak mempunyai rumah tetapi karena jarak yang sangat jauh yang mengharuskan mereka menginap di sekolah,” ungkap Kamil.

Tidak adanya kendaraan pribadi ataupun angkutan umum yang menuju rumah mereka menjadi kesulitan tersendiri bagi anak-anak tapal batas. Gelapnya hutan sawit karena belum tersapa matahari, beceknya tanah hutan yang terkena hujan bukan sebuah halangan yang berarti bagi mereka.

Kamil juga menjelaskan, dengan hanya bermodalkan alas kaki sendal jepit mereka tetap ingin meraih mimpinya. Selain menghendaki fasilitas pendidikan yang baik, masyarakat di Pulau Sebatik ini pun ingin merasakan mandi dan minum dengan air bersih.

“Selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian lainnya terpaksa harus membeli air dengan harga mencapai Rp200.000 per satu tandon, ini pun hanya bisa mencukupi satu keluarga selama satu minggu,”jelasnya.

Kamil pun mengaku prihatin, untuk dapat minum dengan air bersih saja mereka harus mengeluarkan uang Rp800.000 per bulannya. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak mampu membeli air? Mereka hanya mengandalakan air hujan untuk bisa menikmati air bersih.

Sebatik Project (1)

“Oleh karena itu, kami ingin mengajak pembaca semua untuk mewujudkan mimpi masyarakat perbatasan. Dengan donasi yang diberikan, dana yang terkumpul akan digunakan untuk disalurkan kepada masyarakat sebatik untuk mewujudkan mimpinya,” rinci Kamil.

Tak hanya itu, donasi yang diperoleh pun akan digunakan untuk membangun fasilitas sarana dan prasarana sekolah dan membuat inovasi baru untuk membantu ketersediaan air bersih. Selain itu juga akan digunakan dalam pengembangan ekonomi kreatif untuk membantu masyarakat sebatik untuk bisa menjadi desa yang mandiri.

Selain itu, Rumah Bukit juga akan menjadi salah satu gagasan untuk membuat mini museum budaya Sebatik dan penggerak kegiatan kepemudaan. Rumah bukit tersebut dapat digunakan sebagai sarana tempat berkumpulnya masyarakat untuk menciptakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan moral, budaya dan juga nasionalisme.

Bantulah mereka untuk mendapat peluang yang berharga, karena dari situ mereka akan menemukan kemudahan dalam bekerja menuntaskan mimpi yang akan diraih. Sebab  mimpi inilah yang akan terus ada jelas dalam ingatan mereka tentang rupa, warna dan semua hal yang tentangnya. [Adv/Saudara Sebatik Project]