News

Waspadai Dampak Negatif Sekolah Online pada Anak

WARTAEVENT.COM, Kota Kediri – Sejak pandemi COVID-19, pemerintah memutuskan agar segala kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah secara online. Walau bisa melindungi anak dari virus Corona, sekolah online juga berpotensi menimbulkan dampak negatif.

Hingga kini pandemi COVID-19 belum juga usai. Kondisi ini memaksa anak untuk belajar dan mengerjakan segala tugas sekolah di rumah secara online. Kendati segala aktivitas buah hati di rumah bisa terpantau dengan baik oleh orang tua, sekolah online juga bisa memberikan tantangan yang luar biasa.

Sirojudin, Kepala Sekolah SMP Al-Huda Kediri, menjelaskan, sekolah online di rumah memang bisa melindungi anak dari penularan virus Corona. Dengan berada di rumah saja, orang tua dapat mengawasi segala yang dilakukan anak dan memastikan ia menerapkan protokol kesehatan sehari-hari.

“Walau begitu, kegiatan belajar yang dilakukan di rumah secara terus-menerus ini berpotensi menimbulkan dampak negatif pada anak,” ujar Sirojudin, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021).

Berikut ini beberapa dampak negatif di antaranya:

  1. Kurang memahami pelajaran dengan baik

Keterbatasan interaksi saat belajar secara online bisa membuat anak kesulitan untuk memahami penjelasan yang dipaparkan oleh guru. Ditambah lagi bila anak sungkan atau ragu untuk bertanya. Selain itu, koneksi internet dan gadget yang tidak memadai pun dapat menyebabkan anak kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal ini tentu bisa berdampak pada nilai akademisnya.

  1. Lebih malas dan tergantung pada orang tua

Menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang tua memang penting. Namun, ini bisa membuat anak menjadi lebih malas, kurang belajar untuk mandiri, dan tergantung pada orang tua. Bagi sebagian anak, belajar di rumah secara online dianggap lebih susah dan tidak menarik daripada belajar langsung di sekolah. Ini bisa membuat anak jadi enggan untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

  1. Terpapar gadget lebih sering

Sekolah online mengharuskan anak untuk lebih sering menggunakan gadget. Padahal, screen time atau waktu menggunakan gadget yang dianjurkan pada anak usia 2–5 tahun hanya 1 jam, sedangkan anak usia SD hanya 2 jam. Bila tidak dilakukan pembatasan ketat, anak bisa jadi terbiasa menggunakan gadget, bahkan di sela-sela waktu belajarnya. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mata anak dan menyebabkan anak kecanduan gadget.

  1. Rasa cemas dan stres meningkat

Anak bisa lebih rentan merasa cemas dan stres selama sekolah online. Hal ini karena sebagian guru mungkin akan merasa yang disampaikan lewat kelas online masih tidak cukup, sehingga mereka cenderung memberikan lebih banyak tugas yang bisa membebani anak. Berada di rumah lebih sering juga bisa membuat anak bosan dan merasa bertanggung jawab akan tugas-tugas rumah. Belum lagi jika orang tua meminta tolong kepada anak di sela-sela waktu istirahat yang sebenarnya anak butuhkan. Ini bisa membuat anak merasa kebebasannya terenggut dan akhirnya stres.

  1. Minim bersosialisasi

Selama menjalani sekolah di rumah, anak jadi tidak bisa bermain bebas di sekolah bersama teman-temannya. Anak pun jadi tidak bisa bersosialisasi dengan orang baru. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, anak bisa menjadi pribadi yang pendiam dan tidak percaya diri di kemudian hari.

  1. Berisiko tinggi menjadi pelampiasan stres orang tua

Perlu diakui membimbing anak belajar memerlukan energi dan kesabaran yang besar. Ditambah lagi, sebagian orang tua juga harus berkerja di rumah. Melakukan semua ini secara bersamaan tentu dapat membuat orang tua menjadi stres. Dengan tingkat stres yang tinggi dan mungkin anak yang terus-menerus menuntut untuk dibantu atau ditemani, bukan tidak mungkin orang tua sewaktu-waktu kehilangan kesabaran dan memarahi, membentak, atau bahkan melakukan kekerasan fisik pada anak.

“Dengan mengetahui dampak sekolah online pada anak yang telah dipaparkan di atas, kini orang tua jadi lebih memahami kondisi psikologis buah hati dan risiko apa saja yang bisa terjadi saat menghadapi sekolah online,” terangnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan I nformatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Richard Paulana (COO TMP Event), Stefany Anggriani (Professional Make Up Artist), Dian Nurawaliah Sonjaya (CEO dan Founder Rumah Cantiq Dian), dan Gabriella Citra Andriane sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. BerlAndaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *