Penampilan Band Sufi Debu Sukseskan Event Aceh International Rapa’i Festival 2018
Wartaevent.com, Lhoksuemawe- Aceh International Rapa‘i Festival 2018 yang berlangsung 4-7 November di Stadion Tunas Bangsa, Lhokseumawe, Aceh melibatkan kelompok Mastani Thailand Percussion (Thailand), Joel Pase Ft Geunta Aceh Community (Aceh), Dendang Anak (Selangoer -Malaysia) dan Band Sufi Debu (Jakarta).
Koordinator Calender of Event 2018, Tazbir SH, menjelaskan, Kehadiran Debu sangat ditunggu tunggu masyarakat Lhokseumawe, karena sewaktu festival Rapa’i digelar di Banda Aceh, penampilan Debu cukup menghipnotis masyarakat. Kehadiran Debu untuk mensukseskan event Aceh International Rapa’i Festival 2018 karena musiknya sangat bernuansa Islami.
Sedangkan Rapa’i adalah alat musik perkusi tradisional khas Aceh dimainkan dengan telapak tangan. Di Aceh, perkusi Rapa’i ini sering digunakan untuk upacara upacara adat, bahkan dimanfaatkan untuk siar Agama Islam. Jadi alat Rapa’i mengandung makna religi yang mendalam.
“Karena event ini lebih mengangkat seni bernuasa Islami, kehadiran Debu menambah Rapa’i Festival ini kian mengundang banyak masyarakat diluar Lhoksuemawe. Selebihnya berdampak positif pada sektor pariwisata, khususnya dikota Lhokseumawe. Namun dibalik semua ini, event ini makin menetapkan kalau Rapa’i harus diakui sebagai warisan khas Aceh” tuturnya.
Karena itu, Rapa’i bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Islami masyarakat Aceh, warisan tak benda yang patut diakui secara internasional. Rapa’i berperan mengatur ritme, nada serta suara yang membuat suasana terasa lebih syahdu dan menyentuh. Bila digunakan untuk mengiringi lagu lagu Shalawat.
Rapa’i dimainkan dalam sebuah ensambel yang terdiri dari 8-12 orang dan disandingkan dengan instrumen lain, seperti serune kalee dan buloh merindu. Permainan Rapa’i dapat terdengar hingga jauh. Alunannya dapat terdengar hingga jarak 5 km.
Begitu lekatnya perkusi Rapa’i dengan kehidupan masyarakat Aceh, tak heran jika ribuan masyarakat memadati event Aceh International Rapa’i Festival 2018. Apalagi pada hari ketiga, panggung menampilkan band sufi asal Jakarta, Debu, masyarakat Lhokseumawe pun kian berduyun duyun menyaksikan puncak ACIRAF 2018, Selasa (6/10).
Band Sufi Debu yang beranggotakan dari beberapa negara terdiri dari Daood Abdullah (drum) Fatimah Husniah (baglama saz, biola), Layla Wafiyah (harpa, kanoon, tambur dan vokalis), Ali Mujahid Abdullah (bass dan backing vocal), Kumayl Mustafa Daood (vokalis utama, oud, biola, komposer dan pengaransir), Naimah Mahmoud (mandolin, perkusi, oud). Mereka membawakan sepuluh lagu karya miliknya.
“Saya bangga bisa diundang di Aceh International Rapa’i Festival 2018. Dievent Rapa’i ini saya sudah dua kali menghibur masyarakat Aceh. Saya berharap event ini terus berkelanjutan, karena respon masyarakat sangat luarbiasa,” tutur Mustafa, Vokalis Debu.
Debu adalah band Sufi dari Jakarta yang menarik perhatian penggemar musik religius dan musik dunia (world music). Seluruh anggotanya Muslim dan banyak yang memegang paspor Indonesia, namun sebagian besar dari mereka asli Kaukasia-Amerika. Mereka sekaligus mematahkan stereotip seperti apa seharusnya tampang musisi Islam dari Asia. Dan itu hanyalah satu dari beberapa cara Debu dalam mengaburkan garis antara Islam dan dunia Barat.