Pay Later Banyak Digunakan Untuk Transaksi Online
WARTAEVENT.COM, Kab. Mojokerto – Kemajuan teknologi digital, memudahkan pengguna dalam berbagai bidang. Termasuk perihal keuangan. Akhir-akhir ini, pay later banyak digunakan untuk transaksi online. Penggunaan pay later memungkinkan transaksi dilakukan dengan cicilan tanpa kartu kredit.
Fitur pay later mulai banyak dimiliki e-commerce hingga marketplace sehingga memudahkan pengguna dalam berbelanja. Pay later merupakan salah satu produk atau fitur dari fintech. Selain pay later, terdapat digital wallet, investment, P2P lending, insurtech, crowdfunding, dan online multifinance sebagai produk fintech. Menurut data yang disajikan Darwin Tenironama, Managing Director IMS Hospitality Management Consulting, 47,5% pengguna belum terlalu memahami atau mengetahui mengenai fintech itu sendiri.
“Layanan pay later ini sudah bekerja sama dengan banyak sekali e-commerce untuk memudahkan belanja. Pada dasarnya, pay later ada yang merupakan platform sendiri dan ada yang terintegrasi dengan e-commerce,” ujar Darwin dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (5/7/2021).
Ia mengatakan, pay later bukanlah hal yang baru. Pay later merupakan pengembangan dari kartu kredit menjadi berbasis online. Untuk pengajuannya pun tidak serumit kartu kredit. Pengguna hanya memerlukan kartu identitas.
Di samping itu, penggunaan pay later tentu memiliki pro dan kontra. Kemudahan pengajuan, bisa diintegrasikan dengan kartu debit untuk pembayaran, dan bisa digunakan pada transaksi offline. Kontra dalam penggunaan pay later ini dapat menimbulkan perilaku konsumtif pada masyarakat, kekurangan dana pembayaran, dan bunga tinggi.
Ia menambahkan, untuk menciptakan transaksi aman dalam menggunakan pay later, pengguna harus berhati-hati terhadap link yang dapat membawa ke kejahatan phising. Selain itu, menggunakan PIN yang berbeda pada setiap aplikasi fintech dan diubah secara berkala. Selanjutnya, tidak mengirimkan data pribadi kepada pihak tak dikenal.
“Saat ini data is king. Kamu adalah data itu sendiri. Ketika kamu membiarkan data kamu lepas. Berarti kamu membiarkan diri kamu lepas dan bebas digunakan untuk apa saja. Kebanyakan kasus yang terjadi pada pay later adalah pencurian identitas. Karena modalnya hanya KTP dan foto diri dengan KTP,” tuturnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (5/7/2021) juga menghadirkan pembicara Eka Rini Widya Astuti (Ketua Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual ITSNU Pasuruan), Agung Gita Subakti (Lecturer Specialist S2 Universitas Bina Nusantara), Ayrton Eduardo Aryaprabawa (Founder & Director CREVOLUTIONZ), dan Apsari Siwi Budi Bestari sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.