Apakah Kita Termasuk Dalam Kategori Orang Yang Internet Addicted ?
WARTAEVENT.com – Tuban. Internet menjadi hal yang penting, terlebih dengan adanya kegiatan belajar daring dan work from home. Setiap orang tanpa disadari memiliki lebih dari satu media sosial dengan pengaruh masing-masingnya yang berbeda. Patut dipertanyakan juga, apakah media sosial yang dimili membuat seseorang menjadi lebih nyaman dan bahagia atau sebaliknya.
Orang Indonesia masuk ke dalam daftar negara yang masyarakatnya aktif menggunakan internet. Namun, Indonesia berada di lima besar yang warga negaranya kecanduan Internet. Dengan pemakaian rata-rata 8 jam. Data menunjukkan bahwa media digital Youtube paling banyak diguakan oleh masyarakat Indonesia. Setiap platform digital pun dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan. Akan tetapi, ketika kita memiliki banyak sosial media apakah itu termasuk kecanduan?
Agus Rifa’i, Profesional MC, Dosen B.Inggris Universitas Terbuka Tuban, menjelaskan bahwa adiksi internet adalah penggunaan internet yang bersifat patologis, yang ditandai dengan individu yang tidak bisa mengontrol waktunya dalam menggunakan internet. Setperti saat ini banyak ana-anak yang menangis apabila gadgetnya diambil atau disita.
“Tanpa kita sadari, kita sudah masuk ke dalan kategori orang yang internet addicted. Dampak internet banyak yang positif, yaitu membantu belajar, melatih kognitif, berafiliasi, meredakan ketegangan, dan hibura. Akan tetapi, dampak negatifnya juga banyak. Kemudian, mengganggu kehidupan, pekerjaan, pendidikan, tidur, hobi, dan hubungan sosial,”
Ia mengatakan, bahwa saat ini kita juga tidak bisa lepas dari penggunaan internet. Saat melakukan kegiatan bekerja atau belajar, disela waktu pasti menyempatkan diri untuk membuka internet. Remaja merupakan kelompok paling rentan dalam kecanduan internet.
“Remaja ini adalah kelompok yang rasa ingin tahunya besar sekali dan bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam proses perkembangan. Sekanyak 34,1% remaja mengalami kecanduan internet. Tidak hanya remaja, ibu-ibu juga bisa dikatakan sebagai orang yang terkena dampak kecanduan internet,”.
Jenis-jenis kecanduan internet yang mungkin dialami dapat berupa media sosial, cybersex dan cyberporn, online shop, judi, serta games online. Penyebab kecanduannya pun ada dua faktor, eksternal dan internal. Pada faktor internal, ternyata laki-laki lebih rentan kecanduan internet, yaitu game online. Kemudian, munculnya komorbid dan gangguan jiwa seoerti depresi,cemas. Menurunnya capaian akademik dan minat. Kekurangan dalam mengatur emosi.
Sedangkan, faktor eksternal penyebab kecanduan internet adalnya pengaruh teman, lingkungan saat bermain game, pengaruh keluarga, dan trauma. Seseorang dikatakan kecanduan gadget jika waktunya dihabiskan untuk bermain gadget. Kecanduan ini juga berdampak pada fisik seseorang. Di abraranya merusak mata, stress, gangguan kecemasan, sulit fokus, dan kesepian.
Langkah bijaknya dengan membatasi waktu penggunaan hanya 2-3 jam sehari, tidak menggunaan gadget saat sedang makan dan beraktivitas, dan jangan bermain gadget sebelum tidur.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (14/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara, Andik Adi Suryanto (Kaprodi Teknik Informatika Universitas PGRI Ronggolawe Tuban), Agus Rifa’i (Profesional MC, Dosen B.Inggris Universitas Terbuka Tuban), Abednega Tambayong (Brand & Graphic Designer) dan Untsaa Nabilla.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)