Identifikasi Dan Laporkan, Kunci Utama Agar Bullying Berhenti
WARTAEVENT.com – Tuban. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019, sekitar lebih dari 30% orang yang terkena cyberbullying dan membiarkan itu terjadi. Lalu, 49% pengguna internet pernah di-bully di media sosial dan hanya sedikit dari korban yang melaporkan ke pihak berwajib.
Devi R. Ayu seorang Communications & Content Specialist menjelaskan, cyberbullying merupakan perundungan atau intimidasi menggunakan teknologi digital di dunia maya. Cyberbullying ini juga dikategorikan sebagai kekerasan. Secara psikologis, orang yang melakukan cyberbullying ini memiliki kekuatan lebih dibandingkan korban, baik secara fisik maupun mental.
“Di Indonesia ternyata generasi milenial yang lahir dari tahun 1983-2000. Merekalah yang paling banyak menjadi korban perundungan di Indonesia,” papar Devi saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (5/8/2021).
Ketika mengetahui adanya perilaku bullying, sikap yang harus kita lakukan tentu melaporkan agar pelaku jera. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari bantuan orang yang dipercaya, seperti orang tua atau orang dewasa. Kemudian, mencari bantuan profesional dan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Lalu, melaporkan pelaku ke pihak berwajib.
“Kalau mengalami bullying, yang pertama harus dilakukan adalah dilaporkan. Jangan sampai pelaku tidak dilaporkan. Untuk melaporkan, jangan lupa kumpulkan bukti. Contohnya, pesan chatting, screenshoot, dan sebagainya,” ungkap Devi.
Cara menidentifikasi adanya cyberbullying yang dialami seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda berikut ini:
- Menunjukkan ciri-ciri depresi seperti mudah marah
- Memiliki masalah kepercayaan dengan orang lain
- Tidak diterima oleh lingkungan sekitar
- Mudah curiga terhadap orang lain yang berlebihan
Devi mengatakan, agar bullying berhenti, kunci utamanya adalah diidentifikasi dan dilaporkan. Dengan melaporkan, kita juga menunjukkan kepada pelaku bahwa tindakan mereka tidak dapat diterima atau dimaklumi, karena bisa berdampak ke psikologis korban.
Cara mencegah tindak bullying, kita dapat menggunakan teknologi untuk mencegah orang mengalami dan melihat tindak bullying. Caranya dengan menyaring komentar di media sosial. Mendorong perilaku dan interaksi positif melalui konten positif di media sosial. Membatasi postingan dalam media sosial karena akan menjadi jejak digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (5/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Novianto Puji Raharjo (Blogger, Entrepreneur, Praktisi NLP, Dosen dan Internet Marketinh), Ihya Ulumudin (Founder Kitabaca.id dan Dosen IAIS), Andik Adi Suryanto (Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas PGRI Ronggolawe), dan Anjani Adyalaksmini.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)