News

Lindungi Anak dari Bahaya Predator Online

WARTAEVENT.COM, Blitar – Salah satu bahaya yang mengancam anak-anak kita di internet adalah keberadaan para predator online. Predator online adalah seseorang yang mengeksploitasi anak secara seksual melalui internet atau secara langsung namun mengawalinya dengan interaksi di internet.

Fetty Kurniawati, Pendamping Sosial Kemensos RI & Dosen Luar Biasa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Madiun menerangkan keberadaan internet memang membuat para predator seksual anak dapat bekerja dengan lebih mudah. Sementara orang tua tidak bisa mengawasi kegiatan anak dan gawainya selama 24 jam penuh.

“Mereka bisa menyembunyikan identitas asli, misalnya dengan cara membuat akun palsu di media sosial. Selain itu, adanya internet juga memungkinkan para predator untuk bekerja sama dengan cara membentuk grup atau forum diskusi untuk saling berbagi tips dan mencari korban,” ungkap Fetty, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (30/8/2021).

Banyak anak berusia remaja yang menggunakan internet untuk mencari ‘peer support’ berupa dukungan atas beragam masalah yang mereka alami. Adanya media sosial, forum online, aplikasi messaging, atau game online dengan chat room yang digunakan oleh para remaja membuat akses pelaku terhadap calon korban menjadi terbuka lebar.

“Pelaku umumnya memanfaatkan keinginan korban untuk dihargai, dimengerti, mengambil risiko, dan mengeksplorasi topik seputar seksualitas,” jelasnya.

Ada beberapa langkah yang umumnya ditempuh oleh predator online, seperti:

  • Meminta Langsung

Pelaku yang langsung memulai percakapan bernuansa seksual atau meminta foto yang kurang pantas pada calon korban. Mereka umumnya akan langsung menghilang jika korban menolak atau tidak menghiraukan permintaan mereka.

  • Bunny Hunting

Pelaku mempelajari calon-calon korban dari akun media sosial mereka untuk memilih mana yang lebih mudah didekati.

  • Grooming

Pelaku mulai mendekati korban secara bertahap. Ia juga menambahkan, pelaku biasanya akan mengajak korban untuk bertatap muka secara langsung. Korban yang sudah terlanjur merasa dekat, bahkan mungkin jatuh cinta pada pelaku akan memenuhi ajakan ini. “Pada pertemuan inilah pelaku meminta korban untuk melakukan hubungan seksual dengannya,” ungkapnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (30/8/2021) juga menghadirkan pembicara Ricco Antonius (Founder Patris Official Store), Eka Sulistiyana (Owner CV. Core Technology Blitar), Haikal Ma’rufi (Praktisi Public Speaking & Literasi Digital), dan Gabriella Citra Andriane sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *