Kekurangan Pembelajaran Jarak Jauh
WARTAEVENT.COM, Kab. Ngawi – Sudah hampir 1 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, pandemi ini telah mengubah kehidupan dalam banyak hal. Seperti dalam berinteraksi, kini kita dianjurkan untuk selalu menjaga jarak dan memakai masker.
Pemerintah juga telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Salah satunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan juga PPKM yang dilaksanakan di berbagai daerah. Selain itu, pandemi Covid-19 pun berdampak pada segala sektor, salah satunya pendidikan.
Dampak Covid-19 pada pendidikan dapat dilihat dari dilaksanakannya Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada setiap jenjang pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomer 12 tahun 2012, pasal 31 tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Hal ini bertujuan untuk melindungi para peserta didik supaya terhindar dari penularan Covid-19.
Eflina N. F. Mona, Profesional MC & Lecturer Public Relations Binus University, menjelaskan, penerapan sistem belajar ini dianggap sebagai solusi yang efektif untuk menggantikan sistem belajar tatap muka di kondisi sekarang. Meskipun sudah ada kebijakan new normal, tetapi masih banyak institusi pendidikan yang masih menerapkan sistem ini karena melihat angka kasus covid-19 yang kian bertambah.
“Namun, pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran via daring ini, mempunyai kekurangan tersendiri karena untuk sebagian orang hal ini memang bukan suatu masalah, tetapi untuk sebagian lainnya, hal ini merupakan sesuatu yang baru,” ungkap Eflina, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (27/9/2021).
Selama PJJ ada kekurangan dari sistem belajar mengajar ini. Kekurangan dalam pelaksanaan PJJ ini banyak dirasakan oleh para pelajar. Kekurangan dari PJJ ini dapat terjadi dikarenakan latar belakang ekonomi ataupun perbedaan yang dirasa tidak sebanding dengan pembelajaran tatap muka.
Lantas, apa saja yang menjadi hambatan atau kekurangan dari dilaksanakannya PJJ, seperti:
- Kendala dalam sinyal, tidak semua daerah mempunyai jaringan internet yang stabil dan beberapa daerah di Indonesia masih ada yang belum terjangkau akses internet. Sehingga untuk beberapa orang kesulitan untuk mengaksesnya dan tak jarang ketika melakukan pertemuan via daring sering kali menjadi terputus-putus karena kendala sinyal.
- Sarana dan prasarana yang kurang memadai, keadaan ekonomi setiap orang tidak dapat disamaratakan, ada beberapa peserta didik yang bahkan tidak mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya PJJ, seperti laptop atau gawai dan kuota yang mencukupi.
- Banyaknya tugas yang diberikan oleh para pengajar, tugas-tugas yang diberikan ini dirasa sangat membebani, sehingga banyak siswa ataupun mahasiswa yang mengeluhkan hal ini, tugas kelompok pun menjadi sebuah tantangan untuk dilakukan karena tidak bisa berdikusi dengan teman-temannya secara langsung.
- Pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh pengajar pun belum tentu dapat terserap dengan baik oleh semua peserta didik. Entah itu karena kendala sinyal yang tidak stabil saat guru atau dosen menjelaskan sehingga penjelasan tidak sepenuhnya terdengar ataupun keadaan rumah yang memang kurang mendukung untuk melakukan kegiatan belajar.
- Rasa jenuh dan bosan, para pelajar merasa jenuh dan bosan karena tidak dapat bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya. Terlebih lagi bagi para siswa kelas 1 jenjang sekolah dasar hingga menengah atas dan mahasiswa baru yang harus berkenalan dengan kawan barunya via daring.
Ia mengungkapkan, meski terdapat kekurangan dari sitem PJJ di tengah pandemi seperti sekarang, hal ini tidak boleh menjadi suatu penghalang untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Karena walau bagaimanapun pendidikan tidak boleh dihentikan.
“Diharapkan juga, di kondisi seperti ini, semua orang dapat selalu mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan di keadaan pandemi seperti ini, supaya pandemi Covid-19 dapat segera berakhir dan kehidupan dapat kembali seperti semula,” harapnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (27/9/2021) juga menghadirkan pembicara DT Yunanto (Co-Founder AutoSultan Komunitas AutoTrading Forex), Nur Lina Safitri (Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM ITSNU Pasuruan), Djoko Priyanto (Owner Pupuk G-Ras Organik), dan Devi Arianti Lestari (Owner Usaha Dekorasi Blitzdecoration) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. BerlAndaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.