Konsisten Melawan Hate Speech di Dunia Maya
WARTAEVENT.com – Pamekasan. Pandemi Covid-19 telah membuat sejumlah masyarakat beraktivitas menggunakan media digital. Hal ini menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi sejumlah pihak terutama bagi orang tua terhadap anak mereka. Utamanya munculnya ujaran kebencian yang menyasar kalangan sesama penguna dunia digital.
M. Aminudin Arfian Hidayat, Owner Pabrik Tahu, mengatakan masyarakat Indonesia harus menyetop melakukan ujaran kebencian yang ada di dunia digital. Jika merujuk pada data yang ada Indonesia sendiri mempunyai presentase sebagai netizen paling tidak sopan. Dikabarkan oleh Imam Wahyudi secara presentase terdapat 47% hoaks dan penipuan, 27% ujaran kebencian dan 17% diskriminasi.
“Persentase ini berupa penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut dan penyebaran berita bohong. Mulai dari membahas suku, agama, aliran keagamaan, kepercayaan, ras, antar-golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel dan orientasi seksual. Biasanya dalam media yang beragama. Bisa dari orasi kampanye, spanduk, media sosial, demonstrasi, ceramah keagamaan, media massa (cetak & elektronik) dan pamphlet,” ujar Aminudin, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (05/10/2021).
Menurutnya, dalam mencegah itu semua netizen Indonesia harus serta merta menggunakan bahasa yang sopan. Dan selalu ingat apa yang kita posting di media digital akan meninggalkan jejak digital dan bisa dilacak. Penggunaan emoticon juga seharusnya digunakan.
“Hindari menulis dengan menggunakan huruf kapital di seluruh tulisan. Jangan asal berkomentar. Sebelum berkomentar, pelajari dulu konteks dan suasana diskusi serta materi yang hendak dikomentari. Hindari dorongan untuk menyerang pribadi. Jika ingin mengkritik atau memberi saran, pertimbangkan untuk menyampaikannya secara pesan pribadi,” lanjutnya.
Selain itu, melakukan verifikasi sebelum meneruskan materi posting orang lain dan memikirkan apakah materi itu bermanfaat bagi penerima atau tidak. Baginya juga selalu ingat bahwa di depan hukum, kita bertanggung jawab atas materi yang kita posting. Serta menghormati privacy orang lain dan perlindungan terhadap anak-anak.
Ia mengatakan untuk meminimalisir ketidaksopanan dalam bermedia digital, dirinya menyarankan masyarakat harus menggunakan netiket. Netiket sendiri dalam pengertiannya yakni tata krama dalam menggunakan internet, berinteraksi dengan orang lain sebagaimana di dunia nyata.
“Meskipun kita manusia di dunia digital seharusnya kita juga ikut aturan seperti di dunia nyata. Karena penggunaan internet datang dari beragam negara, yang memiliki perbedaan bahasa, adat serta budaya,” ujarnya.
Selain itu, dirinya mengungkapkan dengan membekali diri dengan pengetahuan atas komunikasi media, beserta adab komunikasi, mengendalikan diri, menahan diri, mencari tahu kebenaran berita (tabayun), mencari, menggunakan, mengisi dan membanjiri untuk dan dengan hal-hal positif dan bermanfaat. Bertanggung jawab dan menjadi teladan untuk diri, keluarga, masyarakat.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (05/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Dr. Muhammad Ainul Yaqin (Dosen IAI AL Qodari Jember), Nining Winarsih (Guru MAN 2 Kota Probolinggo), DT Yunanto (Co-Founder AutoSultan Komunitas AutoTrading Forex), dan Zulfa Aulia Nurfaiza sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)