Perang Kognitif Menjadi Ancaman Berbahaya Dari Penyebaran Hoaks
WARTAEVENT.com – Mimika. Dengan adanya pembangunan infrastruktur, saat ini wilayah Indonesia bagian Timur perlahan-lahan bisa mendapatkan akses internet agar lebih mumpuni. Pengguna internet di Papua sendiri terus mengalami peningkatan. Di tahun 2019, di Papua ada 2,9 juta pengguna internet. Peningkatan ini dapat dikatakan sebagai dampak dari covid-19 dan pembangunan infrastruktur.
Namun, apabila kita sebagai masyarakat tidak turut bertransformasi di era digital ini, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya ancaman dampak negatif internet. Teritori cyber kita harus dijaga agar negara kita tetap utuh.
“Salah satu ancamannya adalah perang kognitif. Perang ini bisa disebut sebagai perang paling modern, karena dikelola dan dilancarkan dengan pemahaman dan interpretasi. Jadi pola pikir seorang manusia ini diubah dengan pemahaman baru yang berlawanan,” jelas Stave R. Mara, Ketua Pemuda LIRA Papua dalam Webinar Literasi digital wilayah Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (3/11/2021).
Perang kognitif ini terjadi ketika seseorang dipaksa untuk diberikan mindset baru dan berasumsi menggunakan pola pikir yang salah. Ujung-ujungnya pemikiran salag ini dianggap benar karena telah diberikan secara terus-menerus. Hal ini kemudian terjadi pada sebuah hoaks dan propaganda. Seperti yang diketahui, saat ini telah marak berkembang hoaks mengenai pandemi atau covid-19 yang disebarkan melalui media sosial. Menurut Stave, hal ini yang dapat merubah mindset dan dikatakan sebagai perang kognitif.
“Ada banyak sekali berita-berita yang dibarkan di media yang bukan merupakan informasi benar, tetapi karena disebarkan secara massal apalagi yang masih memiliki literasi rendah jadi hanya membaca judulnya dan menarik kesimpulan dari situ,” tuturnya.
Menurutnya, hal tersebut membawa dampak negatif yang kemudian bisa merusak pola pikir dari anak-anak muda dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Akibat dari berita hoaks mengenai covid ini masyarakat tidak mau vaksin, tidak percaya pemerintah, dan kebijakan yang dibuat pemerintah tidak dipatuhi oleh masyarakat. Dengan itu, kita harus melatih cara berpikir agar lebih kritis lagi dan tidak mudah percaya dengan hoaks, serta saring sebelum sharing.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)