5 Etika Menggunakan Media Sosial yang Perlu Remaja Ketahui
WARTAEVENT.COM, Kab. Bondowoso – Kemajuan teknologi membuat hampir setiap remaja telah menggunakan media sosial. Saat ia menggulir feeds atau beranda media sosialnya, mudah untuk menemukan ungghan yang tidak senonoh, komentar yang mengerikan, atau konten yang mengganggu.
Hal itu diutarakan, Mukhammad Kholil Subarkah, Pendiri Dolan Pasuruan sebagai Key Opinion Leader, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Rabu, (10/11/2021).
Ia mengatakan, ini bisa membuat anak mengikutinya, ketika anak menganggap bahwa konten-konten dan komentar negatif tersebut adalah sesuatu yang wajar di media sosial. Sesuatu yang didengar atau dilihat secara berulang-ulang akan dianggap wajar oleh anak-anak.
“Daripada memaksa anak untuk menonaktifkan akun media sosialnya, cobalah untuk mengajarkan anak seputar etika menggunakan media sosial yang tepat oleh pengguna pribadi.” ujarnya.
Berikut ini beberepa etika menggunakan media sosial, seperti:
- Jangan menjelek-jelekan sesuatu atau seseorang
Seringkali melihat media sosial adalah wadah bagi banyak video kucing yang menggemaskan dan gambar meme yang menghibur, media sosial kini juga dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan. Media sosial harus menjadi platform untuk memulai diskusi yang bermakna dan mempromosikan komunikasi yang lebih baik. Sehingga ingatkan anak bahwa media sosial bukanlah tempat untuk melampiaskan kemarahan pada sesuatu atau seseorang. Sehingga, jangan sampai anak menambah toksisitas atau keburukan media sosial dengan mengunggah, memberi komentar, atau menyebarkan hal negatif.
- Menghargai pendapat pengguna lain
Penting untuk mengingatkan anak tidak semua orang akan memiliki pendapat yang sama dengannya. Betapapun masuk akalnya pendapat anak, ia tidak akan bisa meyakinkan semua orang. Etika ini sangat penting saat anak akan berkomentar, mem-posting, atau membagikan apapun di media sosialnya. Jika orang tua melihat anak dalam perdebatan panas dengan pengguna lain, selalu ingatkan untuk bersikap hormat pada siapapun. Pastikan pernyataannya didasarkan fakta. Selain itu, hindari menyerang orang secara pribadi dan jangan pernah menggunakan ancaman karena hal ini dapat dihukum secara sah.
- Selalu ingat siapa yang menjadi “followers”-nya
Alasan nomor satu mengapa sebagian besar pengguna menemukan masalah di media sosial adalah karena ia gagal mengingat siapa saja “followers”-nya. Dengan mempertimbangkan pengikut di media sosial, anak harus dapat memilah apa yang layak dibagikan atau di-posting dan apa yang tidak. Perhatikan siapa yang dapat melihat unggahan, komentar, dan foto yang ditandai. Apakah mungkin ada guru di sekolah, keluarga besar, orang tua dari temannya, anak harus memperhatikan siapapun yang menjadi pengikut aktifnya. Dalam hal ini anak mengubah pengaturan privasi di akun media sosialnya, untuk mengontrol apa saja yang dapat dilihat atau disembunyikan dari pengikut tertentu.
- Tahu kapan boleh dan tidak boleh untuk menandai orang lain di foto
Situs media sosial harus menjadi tempat yang damai dan menyenangkan, terutama jika anak lebih peka dalam hal menandai posting-an atau foto. Hal ini karena sebagai pengguna media sosial, anak harus menghormati privasi satu sama lain. Meminta izin sebelum menandai akun temannya di media sosial adalah praktik yang baik, karena potret yang tidak menarik dapat merusak citra pribadi seseorang. Memberi tag pada foto yang salah bahkan dapat membuat temannya kehilangan kepercayaan diri.
- Perhatikan frekuensi unggahan di media sosial
Posting-an berisi spam atau berbagi konten secara berlebihan dapat mengganggu, kecuali jika remaja mama memiliki pekerjaan yang mengharuskannya untuk mengunggah di media sosial, seperti content creator. Anak tidak harus membagikan aktivitas atau kehidupan pribadinya di media sosial, mulai dari ia bangun tidur hingga waktunya tidur di malam hari.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Rabu (10/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Agung Gita Subakti (Lecturer Specialist S2 Universitas Bina Nusantara), Nicholas Ramli (Analytics Specialist at Dentsu Merkle Jakarta), Dhimas Dwi Nugraha (Dosen Bahasa Inggris Polinema), dan Diah Renata Anggraeni (Associate Faculty Member Binus University).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.