Travel

Indonesia Disarankan Kembangkan Pariwisata Berkonsep “Bleisure”

Warta Event – Jakarta. Indonesia disarankan untuk mulai mengembangkan sektor pariwisata berkonsep bisnis dan leisure alias “bleisure” mengingat potensi dan prospek sumber daya pendukung yang dimiliki di Tanah Air.

Hal itu disampaikan dosen dan peneliti bidang MICE Politeknik Negeri Jakarta Christina L. Raudatin dalam Mini Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) pada hari Jum’at (17/02/2017) di Hotel ibis Jakarta Harmoni, Jakarta.

Menurut Christina, sekarang sedang berkembang bisnis dan leisure traveller. Kalau hal itu bisa dimaksimalkan akan sangat lebih baik. Pola pikir yang kini masih berkembang di Indonesia adalah pariwisata yang sekadar terbatas pada leisure atau pelesir semata.

Hal itulah yang menurut dia yang membuat strategi pariwisata yang dikembangkan masih terbatas untuk segmen leisure. “Padahal untuk segmen bisnis traveller, ada karakteristik yang berbeda,” katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar Indonesia mulai menggarap segmen bisnis traveller tersebut melalui strategi jitu karena wisatawan di segmen tersebut memiliki karakeristik yang berbeda.

image

Ia mengatakan, segmen bisnis traveller umumnya mencari fasilitas dan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang memadai untuk pelayanan. “Saat ini yang terjadi fokus ke leisure tapi kerap lupa dengan infrastruktur dan pengembangan SDM-nya,” katanya.

Christina mengatakan, segmen wisata Meeting Incentive Convention Exhibition (MICE) potensial untuk digarap karena mudah memprediksikannya. “Setiap tahunnya mayoritas event bisa diprediksi,” katanya.

Indonesia saat ini memiliki 16 destinasi yang difokuskan pemerintah untuk destinasi wisata MICE, tapi sayangnya ternyata sampai saat ini mayoritas masih terkonsentrasi di Jakarta dan Bali sebab kedua kota tersebut yang dianggap paling siap dari sisi aksesibilitas dan fasilitas.

Secara keseluruhan, ia melihat Indonesia baru memiliki sekitar 7 destinasi yang dianggap paling siap sebagai destinasi wisata MICE. “Jadi untuk MICE mau tidak mau harus fokus satu-satu pada beberapa destinasi yang memang sudah dianggap siap terlebih dahulu,” katanya.

Dalam penghujung diskusi, Christina berharap, ke depan, akan ada lebih banyak destinasi wisata MICE selain adanya kebijakan atau strategi pengembangan pariwisata yang mendukung semakin berkembangnya “bleisure”. [Fatkhurrohim/*]