Dari Gastronomi hingga Seni: Sarirasa Rayakan 51 Tahun Jadi Pelopor Kuliner, Budaya, dan Lingkungan
WARTAEVENT.com – Jakarta. Siapa sangka, dari gastronomi bisa lahir cerita tentang pelestarian budaya dan penyelamatan lingkungan? Di usia ke-51, Sarirasa Group—pemilik brand legendaris seperti Sate Khas Senayan, TeSaTe, TeKoTe, Gopek, dan Pantura—membuktikan bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga makna.
Sejak berdiri tahun 1974, Sarirasa telah menjadi nama yang lekat dengan kuliner Nusantara. Namun sejak 2019, mereka melangkah lebih jauh lewat dua inisiatif inovatif: Sarirasa Origin dan Sarirasa Tanamula. Inilah dua lini yang menjadi bukti bahwa restoran juga bisa menjadi garda depan pelestarian budaya dan pejuang lingkungan.
Baca Juga : Pameran Gemah Ripah : Narasi dan Visualisasi Alam, Boga dan Budya Persembahan Sarirasa Group
Lewat Sarirasa Origin, pengalaman bersantap menjadi sebuah perjalanan budaya. Bayangkan menikmati sate di Sate House Senayan sambil dikelilingi koleksi kain tradisional langka, atau menyeruput jamu di TeKoTe dengan gelas yang ditopang tatakan dari tusuk sate daur ulang.

Sejak 2019, Sarirasa Origin telah mengoleksi dan merawat hampir 2.400 kain tradisional, ratusan wayang, lukisan kaca, hingga buku kuno. Koleksi ini bukan hanya disimpan, tetapi dipamerkan langsung di gerai restoran, menjadikan setiap kunjungan sebagai mini pameran budaya.
Tahun lalu, Sarirasa bahkan meluncurkan Komik Wayang karya Teguh Santosa dalam dua bahasa, serta menggelar pameran budaya “Gemah Ripah” di Senayan City yang menyedot perhatian pecinta seni dan kuliner.
Baca Juga : 50 Tahun Sarirasa Group Persembahkan Pagelaran Semesta Rasa untuk Indonesia
Tak berhenti di budaya, Sarirasa juga menancapkan langkah kokohnya di isu keberlanjutan lewat Sarirasa Tanamula. Di tengah fakta bahwa hampir 9.000 ton sampah dihasilkan Jakarta tiap hari, Sarirasa telah berhasil mengelola 90% limbah restorannya sendiri, menyisakan hanya 10% ke TPA—itu pun sebagian besar berupa limbah seragam karyawan.