Ngopi Itu Soal Selera, Setelah Itu Rasa.!
Warta Event – Bekasi. Nampaknya, pendapat “Semua Bermula dari Secangkir Kopi” bagi kalangan penikmat kopi ada benarnya. Seperti hari Senin (01/05/2017) menjelang petang, Kedai Pojok Kopi di Stand Pasar Senggol Summarecon Mal Bekasi mulai tampak ramai.
Beberapa bangku di depan Pojok Kedai Kopi mulai terisi. Satu per satu pasangan, mulai membuka obrolan tentang segala hal. Di meja bahkan di tangan diantara mereka terlihat cup cartoon berisi minuman kopi masih mengeluarkan asap. Aromanya pun membuncah.
Obrolan yang semula mengenai masalah sosial, akhirnya pun beralih ke topik lain, yaitu Kopi. “Membincangkan kopi nusantara serasa tak akan pernah habis. Sebab nusantara kita kaya akan penghasil kopi dengan karakteristik rasa yang beragam,” ujar David Nugroho, Pemilik Tetirah Supplies.co—salah satu stand Pojok Kopi di Pasar Senggol Mal Bekasi.
Kopi, menurut David, di setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Banyak hal yang mempengaruhi citarasa kopi. Untuk kopi jenis Arabika yang kondang dengan kecenderungan kadar asamnya pun setiap daerah berbeda.
“Kopi Arabika Kerinci misalnya, mempunyai kecenderungan asam, dan kaya rasa setelah diminum. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh dimana tempat pohon atau kebun kopi tersebut di tanam atau tumbuh. Jika pohon kopi Arabika ini ditanam bersandingan dengan tanaman vanilli, maka kecenderungan asamnya akan mendekati rasa vanilla,” urai David.
Kalau Arabika Kerinci, kata David, note dari Kerinci itu fruity. Kurang lebih, rasa asamnya sangat dominan dipengaruhi oleh citrus. Kemudian, ada lagi jenis kopi Bengkulu Kaba. Citarasanya masih Arabika.
“Kopi Bengkulu Kaba ini cukup unik juga. Rasa asam after taste-nya itu berasa rempah-rempah. Satu kemungkinan, hara dan atau unsure tanahnya saat kopi itu ditanam dipenuhi tumbuhan atau tanaman rempah-rempah,” cerita David.
Kopi Nusantara itu kaya rasa, karakteristik dan unik. Maka tak salah, jika setiap daerah mengklaim memiliki kopi dengan citarasa terbaik. Sedangkan selera setiap individu berbeda-beda. Sebut saja, sama-sama penikmat kopi jenis Arabika, merasa cocok dengan kandungan kadar asamnya terlalu tinggi. Beda dengan jenis Robusta yang cenderung pahit dan pekat.
Tidak Bermain di Ranah Mainstream
Bagi David, kekayaan kopi yang ada di Nusantara menjadikannya lebih leluasa dalam mengatur strategi penjualan di kedai kopinya. Justru menurutnya sangat naïf, jika bermain di ranah kopi yang sama.
“Di kedai kopi saya, tidak pernah head to head dengan penjaja kopi lainnya. Apalagi dengan brand kopi yang mainstream dan bermodal besar. Saya rasa itu terlalu naïf. Wong Indonesia penghasil kopi terkaya di dunia untuk kualitas rasanya. Kenapa harus bermain di ranah yang sama,” tegas David.
Toh nyatanya, ungkap David, tidak semua penikmat kopi faham secara detail dari kopi yang mereka minum. “Kopi Kalosi Toraja, Mandailing, Gayo, Papua, Lampung adalah deretan jenis kopi yang dikonsumsi atau yang ditawarkan di setiap kedai kopi bermerek global. Tapi toh konsumen tidak mengerti detail dari rasa tersebut,” pungkas David.
Itu sebabnya, David bukannya tidak mau menjual produk yang seragam. Ia ingin mengedukasi para pecinta dan penikmat kopi roasting bukan sachet untuk mengenal produk lainnya. Dan ini, Ia buktikan di event kuliner Pasar Senggol Summarecon Mal Bekasi.
Di stand kedai kopi yang Ia gawangi, mungkin para penikmat kopi masih belum familiar. Dan, Ia pun tidak membawa banyak jenis produk kopi hanya ada empat rasa dari dua jenis kopi. Untuk jenis Arabika ada Kerinci dan Bengkulu Kaba. Kemudian untuk jenis Robusta Ia hadirkan Dampit dan Temanggung.
“Jika memang para penikmat kopi menghendaki kopi yang mainstream, beberapa kedai di Pojok Kopi di event ini banyak. Justru, kami melengkapi dari yang tidak ada,” urai David.
Hal senada pun diungkapkan oleh Galvan, Barista Tetirah Supplies.co. di Outletnya, di Kampung Crewed, Bekasi, Tetirah menjual beragam jenis kopi dari seluruh Indonesia, mulai dari greenbean, roasting, hingga dalam kemasan botol yang praktis. “Kita menyuplai kebutuhan kopi dari hulu hingga ke hilir,” ucap Galvan.
Sebagai Barista, Galvan pun mengakui kalau selera atas kopi lebih banyak yang berbicara ketimbang rasa. Ia mencontohkan, untuk jenis Arabika saja, ada yang meminta rasa asamnya yang rendah, sedang hingga yang strong atau tebal.
“Semua tergantung selera. Baik itu yang pecinta Arabika maupun Robusta. Selalu saja ada minta kadarnya disesuaikan dengan seleranya konsumen. Dan, kita enggak bias idealis untuk menentukan pilihan atau keinginan konsumen,” ungkap Galvan.
Guna mengakomodir selera konsumen, Tetirah pun melengkapi “senjatanya” secara komplit. Salah satu alatnya adalah Pourover. Dari alat ini pun masih ada yang namanya flat bottom—untuk menguatkan manipulasi rasa kopi.
“Jika konsumen ada yang menghendaki kadar asam atau pahitnya dikurangi maka saya pake flat. Kalau ada konsumen yang rasanya ingin dipertipis lagi, kita gunakan alat V60. Ada juga konsumen yang memiliki selera datar-datar saja, maka kita gunakan alat Kalita Wave, Galvan memberikan trik atas selera konsumennya.
Selama mengikuti event Pasar Kuliner Pasar Senggol ini, Tetirah Supplies.Co mengaku kopi jenis Arabika Kerinci paling banyak dipesan ketimbang jenis lainnya. Dan, selama event berlangsung Tetirah ini saat weekend mampu menjual antara 50-80 cup per hari, kemudian saat weekday 30-40 cup per hari dengan harga per cupnya Rp15.000. [Fatkhurrohim]