WARTAEVENT.com – Bengkulu. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Prof. Dr. Hazairin (Unihaz) pada hari Selasa, (2/7/2024) telah mengadakan acara bedah buku alumni diplomat dan seminar nasional bertajuk ”Menumbuh Kembangkan Pengetahuan dan Kesadaran Generasi Z terhadap Dinamika Polugri dalam Mengatasi Isu-Isu Global ASEAN”.
Acara yang diselenggarakan di Unihaz tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur Bengkulu Prof. Dr. H. Rohidin Mersyah dan dihadiri oleh jajaran pejabat Pemda, Plt Rektor Unihaz, Ketua Yayasan, Dekan Fisipol dan sekitar 760 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bengkulu.
Bedah Buku 40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi
Gubernur Provinsi Bengkulul, Prof Dr. Rohidin Mersyah, dalam pidatonya menyatakan penghargaan kepada para diplomat yang telah mengabdi dan menjalankan tugas mewakili Indonesia di luar negeri. Disebutkan bahwa diskusi tentang pengalaman para diplomat RI selama empat dekade akan menjadi sumber inspirasi yang berharga bagi kalangan akademis dari berbagai disiplin ilmu.
Baca Juga : Menlu Retno: Hasil KTT ASEAN 2023 Dipastikan Konkret dan Bermanfaat
Dinyatakan pula bahwa melalui bedah buku ini para dosen, peneliti dan mahasiswa akan dapat memetik banyak pelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi diplomatik yang dihadapi sekarang dan mendatang.
Selanjutnya Plt Rektor Unihaz, Dr. Arifah Hidayati, SE, MM, menyatakan bahwa seminar nasional ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan pemahaman mengenai politik luar negeri.
Dengan demikian diperlukan wadah diskusi dan edukasi yang komprehensif mengenai isu-isu global dan regional yang dihadapi Indonesia, khususnya dalam konteks ASEAN. Diharapkan bahwa pengalaman para diplomat senior nantinya dapat menambah bobot materi yang diajarkan di Unihaz.
Baca Juga : Ini Tiga Hal Penting Keketuaan ASEAN Indonesia
Sementara itu Dekan Fisipol Unihaz, Dr. Henny Aprianty, M.Si, menyatakan penghargaannya kepada para nara sumber. Disampaikan pula Unihaz selalu mengupdate tentang perkembangan ASEAN melalui aktivitas Pusat Studi ASEAN nya.
Diskusi dan sharing pengalaman ini sangat relevan dengan program studi Fisipol untuk menajamkan analisa dalam mendalami masalah internasional pada situasi damai, kerjasama, perdamaian bahkan konflik dunia.
Baca Juga : Naiknya Antusiasme Mahasiswa Terhadap ASEAN
Acara bedah buku mendengarkan dan membahas paparan dari dua diplomat senior, yakni Bagas Hapsoro (Dubes RI untuk Swedia 2016-2020) dan Sutadi (Kuasa Usaha ad-intermim pada KBRI Sarajevo 2010-2012 ).
Menurut Bagas, tujuan dari bedah buku ini adalah untuk sharing pengalaman dari tugas diplomat. Pengalaman tersebut selain dilihat dari hubungan antarmanusia dan juga dilihat dari tataran ”human interest”.
Sebagaimana diketahui tugas para diplomat sangat beragam. Mulai dari memfasilitasi dan membantu warga negara Indonesia (WNI) menegosiasikan kepentingan Indonesia di fora multilateral atau bilateral, hingga mempromosikan produk dan budaya Indonesia. Untuk itu dibutuhkan kreativitas, personal touch serta kemampuan beradaptasi tinggi.
Baca Juga : Kepemimpinan Indonesia Pada ASEAN 2023
Penulis buku lainnya Sutadi memberikan apresiasi kepada Unihaz bahwa acara bedah buku ini ini diikuti oleh berbagai kalangan penting khususnya mahasiswa, para pejabat pemda, pebisnis yang memiliki wawasan kebangsaan dan wawasan internasional.
”Saya yakin teman-teman di Unihaz di masa sekarang dan mendatang akan menghadapi, dan memperjuangkan kepentingan bersama hingga tercapainya Bengkulu yang maju dan sejahtera,” ujar Sutadi.
Baca Juga : Indonesia dan Kepemimpinan di ASEAN
Sebanyak 42 artikel dalam buku itu yang ditulis oleh dua puluh sembilan diplomat Indonesia merepresentasikan bangsa dan negara Indonesia. Sutadi menyampaikan rujukan utama dalam melaksanaan hubungan dan kerja sama luar negeri. Alinea pertama dalam Pembukaan UUD 1945 tentang rujukan penting dalam hubungan luar negeri.
Mempelajari Politik Luar Negeri (Polugri), lanjut Sutadi, negara perlu diketahui juga posisi geografis negara tersebut. Keterkaitan inilah yang kemudian memunculkan berbagai aspek. Contohnya aspek sosial, ekonomi, budaya, hingga politik. Seluruh aspek ini lalu menjadi komponen penting dalam aspek non-fisik geografi.
Baca Juga : 5 Usulan Indonesia dalam The 52nd ASEAN NTOs Meeting and Related Meetings Indonesia
Dalam geografi, aspek budaya dan politik mencakup kebiasaan atau pola hidup manusia di berbagai wilayah yang menghasilkan sejumlah perbedaan. Aspek ini tak hanya berkaitan dengan kebiasaan, melainkan juga meliputi unsur pendidikan, Agama, bahasa, struktur pemerintahan, hingga kesenian.
Sambutan Pembahas
Dalam diskusi yang dipandu Aldilla Vidianingtyas Utami, terlihat para dosen dan mahasiswa Unihaz memberikan pandangan yang bervariasi tentang isu-isu aktual dan menambah bobot diskusi.
Baca Juga : Di KTT ASEAN : Presiden Jokowi Dorong ASEAN Travel Corridor
Iwan Saputra, salah seorang dosen Unihaz menyatakan bahwa beragamnya bidang tugas yang ditangani diplomat membuat spektrum pengalaman dan pengetahuan seseorang diplomat menjadi luas: mulai dari politik, ekonomi sampai perlindungan. Iwan menyatakan bahwa daya tawar dan posisi Indonesia sangat tinggi mengingat aktifnya para diplomat Indonesia.
Diharapkan buku pengalaman para dengan berbagai fungsi yang dimiliki seperti referensi bacaan, buku ini bisa menjadi basis riset dan pemahaman yang utuh tentang polugri. Secara sosiologi, cerita yang dihimpun SSX mampu menjadi penghubung antar generasi dan legacy kepada penerusnya.
Dalam diskusi tentang pertanyaan dari para mahasiswa kepada para narsum berlangsung dengan sangat menarik. Antara lain mengenai konflik di Balkan pada tahun 70-an yang mengakibatkan negara Yugoslavia bubar mengingat pengaruh dan campur tangan pihak luar yang turut campur dalam urusan domestik negara itu.
Baca Juga : Dalam The 50th ASEAN NTOs Indonesia Usung Konsep APTTTEN
Juga ada pertanyaan mengenai relevansi peranan Indonesia dalam penyelesaian konflik Myanmar, masalah pekerja migran Indonesia.
Acara bedah buku diakhiri dengan penyerahan buku Sekdilu X, ”40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi” kepada Gubernur Bengkulu, para mahasiswa yang aktif berdiskusi dan Ketua Yayasan Asio
Seminar Nasional ASEAN “Menumbuhkan Pengetahuan dan Kesadaran Generasi Z Terhadap Dinamika ASEAN”
Sekretaris Direktur Jenderal (Sesditjen) Kawaasan (KS) ASEAN, Kementerian Luar Negeri (Keemlu), Carolina Tinangon selaku nara sumber pertama tentang ASEAN ini menjelaskan, tentang transformasi organisasi regional ini di dunia yang dinamis. Selain itu juga dijelaskan tentang dinamika kawasan, keanggotaan Timor Leste di ASEAN dan keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023.
ASEAN memiliki sejarah panjang dalam mencapai kebersamaannya. Dimulai dari perang Indo-Cina, konflik lintas batas, masalah Laut Tiongkok Selatan (LTS), masalah bencana kemanusiaan seperti Tsunami, Covid-19, problem Myanmar sampai gagasan ASEAN Outlook on Indo-Pacific.
Baca Juga : 7 Kesepakatan Sektor Pariwisata Antar Negara ASEAN Atasi Dampak Pandemi Covid-19
Dijelaskan oleh Carolina Tinangon mengapa para pemimpin negara-negara Asia Tenggara mempunyai kesamaan pandangan sama tentang organisasi ASEAN? Menurut Sesditjen ASEAN ini, pertama: adalah kondisi politik global dan regional,kedua: kesamaan akar budaya, socio-anthropological, ketiga: kegagalan organisasi regional sebelumnya, dan terakhir, keempat: konflik intra & interstate. Untuk itu jawabannya hanya satu yaitu perlunya integrasi regional.
Ditambahkan juga bahwa bahwa ASEAN telah menciptakan ekosistem perdamaian yang mendukung terciptanya kesejahteraan negara-negara anggota ASEAN dan ini diakui oleh dunia internasional.
Baaca Juga : ASEAN Sepakat Seragamkan Standar Kompetensi Tenaga Profesional Pariwisata
Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023 telah berhasil menyepakati berbagai keputusan di rangkaian KTT ke-42 di Labuan Bajo, serta KTT ke-43 ASEAN dan KTT terkait lainnya di Jakarta.
Rangkaian pertemuan dihadiri oleh 22 negara dan sembilanorganisasiregional/internasional. Di bidang bisnis, ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) dihadiri oleh 2.500 peserta, 96 pembicara, dan 16 perusahaan. Capaian Indonesia termuat dalam 90 outcome documents didasari empat pilar Keketuaan.
Nara sumber kedua Bagas Hapsoro menjelaskan bahwa organisasi regional ini memiliki mekanisme dan jenjang yang panjang dimana semua pemimpin dari level daerah sampai nasional dilibatkan dalam pengambilan keputusannya.
Baca Juga : Enam Strategi Promosi Pariwisata Bersama The 50th ASEAN NTOs
Selanjutnya dijelaskan tentang pentingya pengetahuan tentang potensi ekonomi di Bengkulu, yaitu: kopi, turisme dan pembenahan infrastruktur khususnya transportasi.
Dijelaskan pula oleh Bagas, bahwa potensi bisnis tanaman kopi sangat menjanjikan di Kapahiang, Rejang Lebong, Bahkan, pada tahun 2019, kopi Bengkulu dinobatkan sebagai kopi Robusta terbaik di dunia, dan sukses meraih tiga medali dalam kontes AVPA France.
Baca Juga : Gelar Gathering Alumni yang Ketiga, ASEAN Foundation Fokus Pengembangan Keterampilan Masa Depan
Mengutip data Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong menunjukkan luas areal perkebunan kopi rakyat di daerah itu sampai dengan akhir 2021 mencapai 30.000 hektare dengan luasan kebun yang sudah berproduksi lebih dari 23.100 hektare.
Tantangannya adalah infrastruktur perkebunan dan teknologi pertanian, peralatan, SDM, produktivitas yang menurun, kondisi tanah yang semakin tandus. Untuk itu diperlukan blockchain technology, traceability dan peranan dari pemerintah daerah dan pembinaan yang terus-menerus dari kementerian/lembaga terkait. Perlunya pembelajaran tentang diplomasi kopi di universitas. Perlunya sinergitas dari pemda, lembaga pendidikan, LSM, pebisnis, koperasi kopi.
Terkait turisme, disarankan bahwa cagar budaya dan tempat-tempat lokasi yang memiliki kearifan lokal perlu dikembangkan dengan kerjasama Kemendikbud. Disamping perlunya ditetapkan desa agrowisata juga perlu dikerjasamakan.
Perhatian Generasi Z Terhadap ASEAN Meningkat
Dari diskusi dan tanya jawab dengan peserta seminar terlihat minat generasi Z terhadap ASEAN dan politik luar negeri meningkat.
Pertanyaan yang disampaikan juga disertai dengan beberapa fakta dan data bahwa para mahasiswa mengikuti perkembangan situasi regional. Namun demikian tetap diperlukan info terkini, pengarahan, keputusan atau outcome dari hasil sidang ASEAN.
BAaaca Juga : Krisis Pariwisata ASEAN Akibat Pandemi Covid-19 Didiskusikan dalam Forum ASTSE Secara Virtual
Hal ini sesuai dengan komentar dan pengamatan Sutadi (salah seorang nara sumber) bahwa kebutuhan mahasiswa adalah membaca, mempunyai data yang akurat, membuat analisa dan berdiskusi.
Menurut catatan Unihaz termasuk aktif melakukan kegiatan yang bertema internasional termasuk ASEAN dengan Kementerian Luar Negeri. Ini tidak lepas dari dedikasi civitas academica yang tergabung dalam PSA untuk tidak saja membumikan ASEAN tetapi juga memanfaatkan keberadaan organisasi regional ini untuk kepentingan Bengkulu. (*)
- Sumber : Ilyas Abdul Manan