Agar Ruang Digital Tetap Harmonis, Gunakan Bahasa yang Etis
Semantara itu Suhardiyanto, pemateri ketiga membahas tentang “Memahami Batasan dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Suhardiyanto membagi 7 jenis misinformasi dan disinformasi.
Ia juga mengajak warganet menjadi warga digital yang kritis, bisa mengamankan data pribadi, dan bertanggungjawab. “THINK before you post. Is it true, helpful, inspiring, necessary, is it kind?” ujarnya.
Adapun Iksan, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Digital Safety”. Menurut dia, jejak digital harus dikelola dengan baik oleh pengguna internet karena memiliki dampak jangka panjang.
Namun, ada beberapa tips untuk menghapusnya, yaitu menggunakan Google Support, atau menghapus data melalui fasilitas yang ada di setiap aplikasi dan perangkat yang dimiliki.
“Untuk menjaga jejak digital dengan baik, saring sebelum sharing, atur privasi perangkat, hapus aplikasi yang jarang dipakai, gunakan akun/surel berbeda untuk kepentingan personal/publik, perkuat kata sandi, dan gunakan antivirus,” pungkasnya.
Salah satu pertanyaan menarik peserta adalah tentang bagaimana kondisi demokrasi di dunia digital kita. Narasumber menjelaskan bahwa demokrasi di dunia digital adalah menghargai pendapat orang lain dengan bebas berekspresi, namun dengan batasan yang positif, tidak melanggar kebebasan orang lain, dan tetap menjunjung etika.
Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. [*]