WARTAEVENT.com – Jakarta. Demensia adalah sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif (memori), emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari. Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun.
Pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia karena bertambahan usia sehingga Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda.
Saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan Demensia Alzheimer adalah jenis terbanyak, sekitar 60-70%. Meningkatkan kesadaran akan bahaya pikun dan juga penguatan caregiver pada pandemi Covid-19 tentunya menjadi tantangan tersendiri.
Baca Juga : Tips Mengenali Skincare Sesuai Kebutuhan Kulit
Deteksi dini membantu penderita dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif (memori) dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik. Penanganan Alzheimer sejak dini penting untuk memperlambat terjadinya kepikunan.
Eisai Indonesia bersama RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta hari ini Sabtu (28/08/2021) mengadakan seminar awam terkait Demensia Alzheimer di Masa Pandemi yang diikuti oleh kurang lebih 255 peserta online.
Dokter Spesialis Saraf, Dr. dr. Astuti, Sp.S(K) mengatakan, dampak infeksi Covid-19 pada otak yang paling sering adalah ensefalopati akibat peradangan pada susunan saraf pusat, dimana gejala ini bertahan beberapa bulan setelah penyakit awal.
Gejalanya beragam seperti stroke dan gangguan fungsi kognitif (memori) atau daya pikir yang paling sering muncul adalah penurunan daya ingat atau pelupa, terutama memori baru atau mudah lupa mengingat hal hal baru.
Baca Juga : ProXmask, Masker yang Diklaim Mampu Menonaktifkan SARS-CoV-2
Kondisi Brain Fog pada Covid-19, yaitu gejala penurunan fungsi berpikir yang ditandai dengan mudah bingung, mudah lupa, sulit konsentrasi, dan sulit membuat keputusan sehari-hari perlu di waspadai dan perlu pemeriksaan lanjutan.
Deteksi sedini mungkin gangguan fungsi kognitif pada penderita Covid-19 sangat penting. Tujuannya untuk diagnosis sedini mungkin agar dilakukan intervensi sedini mungkin, mencegah terjadinya Demensia atau pikun, terutama Demensia Alzheimer.
Kenapa harus di deteksi sedini mungkin di masa pandemi ini? Karena infeksi Covid-19 meningkatkan pengentalan darah sehingga meningkatkan risiko stroke. Sering terjadi pada pasien penderita Covid-19, stroke yang tidak bergejala. Stroke dapat menurunkan daya ingat jangka panjang dan berisiko menjadi demensia Alzheimer.
Baca Juga : 3 Tips Kece dari Goban Cosmetics Agar Tetap tampil Flawless Selama WFH
Demensia Alzheimer mempunyai fase tidak bergejala atau diawali dengan gejala awal lupa subyektif, orang sekitarnya melihatnya kondisinya baik baik saja, tetap mandiri.hanya pasiennya saja yang merasakan sudah mulai sering lupa.
Saat ini yang harus di waspadai adalah peningkatan insiden demensia di mana setiap 3 detik ada 1 penderita baru demensia. Demensia Alzheimer menjadi penyebab ke 4 kematian di dunia, berbiaya mahal,sudah menjadi masalah kesehatan.
Baca Juga : Filantropi Google Donasikan 1 Juta USD untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia
“Berbagai penyebab seperti, hipertensi, DM, depresi, pasca cidera otak, dan penyakit yang berisiko menyebabkan degenerasi otak termasuk dampak covid-19 pada otak yang perlu di waspadai dan evaluasi jangka panjang,” pungkasnya. [*]
- Penulis & Editor : Fatkhurrohim
- Photo Utama Ilustrasi : freepik