Beragam Cara Mendeteksi Cyberbullying
WARTAEVENT.COM, Kab. Situbondo – Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi juga mempengaruhi perilaku masyarakat. Jika zaman dulu muncul istilah ‘mulutmu harimaumu’ telah berubah menjadi ‘jarimu harimaumu’.
Dari jari-jari mungil inilah orang-orang memposting kata-kata hinaan, ujaran kebencian, vulgar, hoaks, dan berita bohong yang merugikan orang lain. Kasus paling sering ditemukan adalah cyberbullying melalui sosial media hingga sang korban mengalami depresi.
“Cyberbullying ini menjadi fenomena baru, terutama di kalangan anak-anak berusia remaja. Cyberbullying lebih kejam dibandingkan bullying karena meninggalkan jejak digital seperti foto, video, dan tulisan. Dampak cyberbullying juga tergolong dahsyat karena mampu mengguncang psikologis seseorang,” ujar Muhammad Ridhol Mujikb, Tenaga Ahli Media Intelejensi Consultan Surabaya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/7/2021).
Menurut survei yang dilakukan Microsoft tahun 2020 terhadap 58 ribu orang dari 32 negara, menempatkan Indonesia pada posisi paling rendah, yang artinya tingkat ketidaksopanan netizen Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Banyaknya ujaran kebencian, cyberbullying, dan hoaks membuat netizen berperilaku tidak sopan di ruang digital.
Hal ini diperjelas oleh data dari Kemendikbud tahun 2019 yang menyebutkankan 41 persen peserta didik melaporkan telah mengalami perundungan dengan berbagai jenis. Aksi perundungan melalui dunia digital diperkirakan semakin meningkat di tengah masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan berbagai aktivitas harus dilakukan secara daring. Hal ini disebabkan kemudahan akses terhadap sosial media yang tidak mudah dikontrol sehingga menyulitkan pemantauan interaksi yang terjadi secara luring.
“Melalui berbagai platform media digital, setiap orang bisa melakukan interaksi dalam bentuk permintaan pertemanan, mem-follow, folback, say hello, menggunggah status, kepo terhadap status orang lain, nge-like, share, berkomentar, dan lain-lain,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, setiap orang juga dapat memiliki lebih dari satu akun di media sosial yang memungkinnya membuat akun samaran yang nantinya digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada cyberbullying. Untuk menangani hal tersebut, dia memberikan tips bagaimana mencegah terjadinya cyberbullying.
“Cyberbullying dapat dicegah melalui diet sosial media, yakni membatasi postingan atau tidak memposting hal-hal yang aneh; menggunakan nama asli bukan samaran; membatasi pertemanan dengan teman yang dikenal; mengunggah hal-hal yang positif dan bermanfaat; baca sebelum nge-like, baca komentar sebelumya sebelum berkomentar; pilih grup sesuai kebutuhan; saring sebelum sharing; dan tidak menyebar hoaks,” pungkasnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/7/2021) juga menghadirkan pembicara Jatmiko Fitri Hamzah (IT Professional & Relawan TIK), Ediyanto (Dosen Fakultas Ekonomi UNARS Situbondo), Drs. Nugroho (Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Situbondo), dan Jeffry Arga sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.