Berkunjung ke Desa Wisata Cibuntu, Kalian Harus Eksplore Hal Ini
wartaevent.com – Kuningan. Dianugerahi pesona alam yang indah dan udara yang sejuk, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan memiliki Desa Wisata terbaik di Asia Tenggara yang berlokasi di Desa Cibuntu, Kec. Pesawahan, Kab. Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Desa Wisata Cibuntu merupakan salah satu destinasi terbaik berbasis komunitas di Indonesia. Di saat pandemi seperti saat ini wisata alam atau nature menjadi bucket list di urutan pertama wisatawan nusantara.
Baca Juga : Kabupaten Kuningan Atur Setrategi Adaptasi Kebiasaan Baru Wisata
Destinasi ini pun wajib masuk dalam check list pertama jika memutuskan untuk berlibur sendirian maupun bersama komunitas kalian yang bisa “tersesat” dalam keindahan alam negeri ini.
Baca Juga : 4 Pilar Keraton Kasepuhan Cirebon Menjadi Daya Tarik Wisatawan
Berikut alasan mengapa kalian harus “tersesat” di keindahan alam dan keramahtamahan warga Desa Cibuntu yang siap kalian ajak sebagai penunjuk arah ketika akan mengeksplore lebih jauh keajaiban Pesonanya.
Campaing Ground
Meski bukan yang terbaik di Indonesia, tapi setidaknya camping ground di Desa Wisata Cibuntu kalian akan menemukan nuansa yang berbeda dari yang sudah pernah ada. Bahkan mungkin dari yang pernah kalian sambangi.
Awam, Kepala Desa Cibuntu menjelaskan bahwa Desa Wisata ini sangat dijaga kelestariannya kemudian dikelola oleh masyarakat lokal yang masih menjaga tradisi kearifan budayanya.
Baca Juga : Terapkan CHSE dan Sanksi, Banyuwangi Siap Terima Wisatawan
Camping ground yang berada di ketinggian 600 mdpl ini berada persis di bawah lereng Gunung Ciremai, Gunung tertinggi di Jawa Barat. Selain dijaga kebersihannya, mengambil keputusan untuk camping di sini sangat tepat untuk kalian melepas penat.
Beberapa tenda outdoor ditata dengan apik. Berjejer rapih dan terlihat nyaman untuk menjadi tempat merebahkan anggota badan selama bermalam di kaki gunung. Bagi kalian yang memiliki sedikit nyali cobalah berenang pada malam hari di kolam renang dari air yang langsung mengucur dari Gunung Ciremai.
Menjelang pagi, kalian akan dibangunkan oleh keramahan warganya yang menawarkan kuliner tradisional yang ada di sini. Sederet jajanan kampung, dan semerbak aroma kopi robusta Gunung Ciremai yang langsung dapat mengurai energi positif setelah terjaga dari tidur.
Situs Purbakala
Ekplorasi penuh decak kagum akan kalian dapati di Desa Wisata Cibuntu. Meski berada di lereng gunung ternyata menyimpan bukti sejarah yang tidak pernah dinyana sebelumnya.
Syukur Mulyana, Humas Pemasaran Desa Wisata Cibuntu, Sabtu ((29/08/2020) menjelaskan, salah satu keunggulan selain pesona alamnya yaitu wisata sejarah berupa situs purbakala yang berada di 3 titik lokasi.
Baca Juga : Lepas Rasa Jenuhmu, Ke Gunung Papandayan, Yuk!
Ada dua situs peninggalan sejarah pada masa megalitikum, Neolitikum dan pra sejarah. Untuk sampai ke situs-situs sejarah ini kalian perlu usaha sedikit dengan melakukan treking menyusuri jalan desa dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Setelah melalui jalan perkampungan yang berudara sejuk ini untuk situs pertama adalah situs Megalitikum bernama Bujal Dayeuh dan situs kedua adalah Hulu Dayeuh dan situs terakhir adalah berupa arca peninggalan sejarah jaman Hindu Budha bernama Saurip Kidul.
Curug Gonseng dan Cai Kahuripan
Usai menikmati dan belajar bukti sejarah, treking kalian akan berujung indah dan tak terlupakan. Bak oase, perjalanan melelahkan akan terhempas dahaganya di mata air Cai Kahuripan.
Baca Juga : Kejar Target Pemulihan Pariwisata, Banyuwangi Perkenalkan “Banyuwangi Rebound”
Teguh, Tour Guide hari itu menjelaskan, mata air Cai Kahuripan berasal langsung perut bumi Gunung Ciremai. Mata air ini memberikan suplai air bersih ke seluruh penduduk setempat.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan bahwa air Kahuripan ini mengandung pH 5. “Dengan kandungan pH tersebut air yang mengalir ini sudah bisa langsung diminum. Dan, penduduk pun nggak perlu membeli air kemasan,” terang teguh.
Selanjutnya, hanya menerabas hutan lindung sekitar 10 menit kalian akan menemui Curug Gonseng. Sama dengan mata air Cai Kahuripan, mata air Curug Gonseng pun dari perut Gunung Ciremai.
Saat kemarau debit air Curug ini akan menipis. Beda dengan Cai Kahuripan yang mengalir apa pun musimnya tetap memenuhi hajat orang banyak. [*]
Penulis & Editor : Fatkhurrohim