Hangout

Bhisma Mahawira Keteguhan Janji Sang Resi di Tengah Perang Bharatayudha

wartaevent.com – Jakarta. Jakarta, 15 Februari 2019 – Yayasan Alumni SMA 6 Jakarta (YASMA 6) dan Gending Enem kembali memprakarsai pagelaran wayang orang “Bhisma MAhawira” yang akan diadakan pada hari Minggu (17/02/2019) besok di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Sederet artis dengan nama besar pun turut ambil bagian dalam pagelaran wayang orang ini. Beberapa tokoh tersebut diantaranya, Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Amba, Maya Hasan sebagai Dewi Sembodro, kemudian ada Alya Rohali sebagai Dewi Drupadi, dan Metta Ariesta sebagai Dewi Srikandi serta Hendro Prastowo sebagai Resi Bhisma.

Tokoh-tokoh yang turut berperan dalam pementasan wayang orang “Bhisma Mahawira” adalah Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Amba, Maya Hasan sebagai Dewi Sembodro, Alya Rohali sebagai Dewi Drupadi, Chitra Nartomo sebagai Dewi Kunti, Metta Ariesta sebagai Dewi Srikandi, Elmo S. Hillyawan sebagai Arjuna dan Hendro Prastowo sebagai Resi Bhisma.

Baca Juga : Seni Tradisi Dalam Perspektif Manajemen Profesional

Dua tahun lalu, Yasma 6 & Gending Enem, pernah mementaskan pagelaran yang sama dengan judul “Aryo Penangsang” pada tanggal 2 November 2017 dan Wayang Orang Ramayana dengan judul Sang Dewi Shinta pada 7 November 2015.

Keinginan kuat untuk melestarikan seni budaya Indonesia dituangkan dengan mengangkat wayang orang yang melibatkan lintas angkatan & profesi serta diharapkan dapat memupuk tali silaturahmi antar alumni SMA di Jakarta dan luar kota Jakarta.

Lakon “Bhisma Mahawira” yang di sutradarai oleh Nanang Ruswanda, menceritakan perjalanan kehidupan ksatria Bhisma dalam pewayangan, merupakan sebuah kisah keteguhan hati sang pemegang janji abadi di tengah perang besar sepanjang masa.

Tersebutlah Prabu Sentanu Raja Kerajaan Hastina Pura, berkeinginan meminang Dewi Gangga. Namun Dewi Gangga meminta persyaratan, Prabu Sentanu tidak boleh menghalangi apapun yang diperbuat oleh Dewi Gangga.

Sewaktu Dewi Gangga melahirkan putra pertama sampai ke tujuh selalu dilarung (dihanyutkan) ke sungai Gangga. Prabu Sentanu merasa sedih dan heran dengan perbuatan istrinya, maka ketika melahirkan putra yang ke delapan yang akan dilarung dicegah oleh Prabu Sentanu.

Baca Juga : Triardhika Production Pentaskan Wayang Orang “Mintaraga”

Dewi Gangga yang merasa Prabu Sentanu telah melanggar perjanjian, kembali ke Khayangan dan menyerahkan putranya pada Prabu Sentanu yang kemudian diberi nama Dewabrata. Dewabrata yang masih kecil diberikan kepada Rama Bargawa untuk diajar kesaktian. Di bawah bimbingan Rama Bargawa, Dewabrata tumbuh menjadi pemuda sakti mandraguna.

Suatu ketika Prabu Sentanu jatuh sakit karena tidak bisa memenuhi permintaan Dewi Setyowati yang hendak dipersuntingnya. Dewabrata kemudian menemui Dewi Setyowati dan menanyakan permintaannya. Dewi Setyowati bersedia menjadi permaisuri Prabu Sentanu dengan syarat kelak putranya yang menjadi raja di Hastina Pura.

Karena Dewabrata menjadi pewaris tunggal kerajaan Hastina Pura maka demi kebahagiaan ayahnya ia bersedia menyerahkan tahta kerajaan kepada Dewi Setyowati dan bersumpah untuk tidak menikah sampai akhir hayat (wadad) dan bergelar Resi Bhisma (Hendro Prastowo). Dari perkawinan Prabu Sentanu dan Dewi Setyowati mempunyai dua putra bernama Citroseno dan Citrogodho.

Bhisma kemudian mengikuti sayembara di kerajaan Kasipuro yang memperebutkan tiga putri yang bernama Dewi Amba (Maudy Koesnadi), Dewi Ambika dan Dewi Ambalika. Dengan kesaktiannya Bhisma dapat memboyong ketiga putri tersebut. Dewi Ambika diperistri Citroseno dan Dewi Ambalika diperistri Citrogodho. Sedangkan Dewi Amba ingin diperistri Bhisma.

Baca Juga : Dibalik Cerita “Mintaraga” yang Dipentaskan Grup Wayang Orang Sriwedari

Karena sumpahnya, Bhisma tidak dapat menerima Dewi Amba. Dewi Amba tetap memaksa membuat Bhisma marah dan tanpa sengaja melepaskan anak panahnya mengenai Dewi Amba. Sebelum mati Dewi Amba bersumpah tidak akan naik ke surga kalau tidak bersama Bhisma.

Dewi Ambalika melahirkan Destarastra ayah dari Kurawa dan Dewi Ambika melahirkan Pandu ayah dari Pandawa. Kurawa dan Pandawa sama-sama merasa berhak atas kerajaan Hastina Pura yang akhirnya menyebabkan terjadinya peperangan besar yang dinamakan Bharatayudha (perang darah Bharata).

Di perang Bharatayudha, Resi Bhisma berada di pihak Kurawa tidak untuk membela Kurawa, tapi membela tanah kelahirannya dan rakyat kecil dari kehancuran. Para Pandawa tidak berani menghadapi Resi Bhisma. Maka Kresna mengangkat Srikandi (Metta Ariesta) sebagai Senopati menghadapi Resi Bhisma.

Baca Juga : Eny Sulistyowati Perankan Tokoh Dewi Sembadra Dipentas Wayang Orang “Trisara Tinayuh”

Dalam pertempuran, sukma Dewi Amba masuk dalam tubuh Srikandi. Melihat Sukma Amba yang sudah merasuk di dalam Srikandi, Resi Bhisma teringat akan pesan terakhir Dewi Amba. Maka Resi Bhisma rela gugur di medan laga di tangan Srikandi.

Kisah Bhisma Mahawira sangat menarik untuk diangkat selain memang bukan cerita yang sering ditampilkan, juga agar masyarakat lebih mudah memahami sejarah dan legenda Indonesia. [*]