News

Cara Cegah Dampak Negatif Digital pada Anak sebelum Terlambat

Sementara itu, pemateri ketiga Leviane J.H. Lotulung memaparkan tema “Peran Komunitas Akademik dalam Pendidikan di Era Digital”. Ia memaparkan bahwa menjadi komunitas akademik dalam pendidikan di era digital dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu: adaptif, kreatif, dan kolaboratif. 

Maksud dari kolaboratif adalah tidak merasa tinggi hati dan belajar dari orang lain yang memiliki kelebihan lain dari kita. “Bahasanya dalam Pancasila yaitu “gotong royong”. Setiap pendidik bekerjasama untuk menghasilkan peserta didik yang terbaik di masanya,” tutur Leviane.

Literasi Digital kali ini ditutup dengan pembahasan dari Irma Suryani dengan topik “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Internet Aman dan Sehat untuk Anak”. Menurut Irma, kunci dari pola berinternet yang ideal untuk anak adalah dengan memberi arahan serta pendampingan dari orang tua. 

Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh American Academy of Pediatrics, disebutkan bahwa anak dapat diperkenalkan dengan internet pada usia 18 – 24 bulan. “Dengan catatan bahwa paparan tersebut perlu dibatasi serta pilihlah konten edukasi untuk anak,” pungkasnya.

Salah seorang peserta, Suhaimi, bertanya tentang bagaimana tips memaksimalkan digital agar tetap mengarah ke internet positif untuk remaja dan anak. Rahmat menanggapi, hal tersebut dapat dimulai dengan menyaring pertemanan anak di media sosial karena saat ini banyak akun yang dibuat untuk menyebarkan konten negatif. Jika anak mengklik konten yang disebarkan tersebut, maka di kemudian hari akan muncul iklan-iklan yang berisi konten sejenis.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *