WARTAEVENT.com – Bolaang Mongondow. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada hari ini Selasa (26/10/2021) di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Kolaborasi ketiga lembaga pada acara kali ini, tema yang diangkat adalah “Tips Dampingi Anak Belajar di Masa Pandemi”. Dan diikuti oleh 792 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.
Ada 4 narasumber pada sesi sesi webinar siang ini, di antaranya Rahmat F.A. dari Google News Initiative Training dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI); Leviane J.H. Lotulung dari Japelidi sekaligus dosen Universitas Sam Ratulangi Manado; Vega Karina A. Putri selaku akademisi dan pembuat konten; serta Irma Suryani selaku narablog juga perajin. Diskusi tersebut dimoderatori oleh Aguslia Hidayah selaku jurnalis.
Materi pertama dibawakan oleh Rahmat F.A. yang membawakan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”. Rahmat menuturkan bahwa dari 274,9 juta populasi di Indonesia, pengguna internet tercatat mencapai 202,6 juta dengan penetrasi sebesar 73,7%.
Oleh karena itu, gunakan internet secara bijak dengan dengan membuka situs produktif yang bermanfaat bagi diri sendiri, bersikap kritis, serta tidak sembarangan menyebarkan informasi yang diterima,” pesan dia.
Vega Karina A. Putri, sebagai pemateri kedua membahas topik “Bahaya Pornografi pada Anak”. Vega menjelaskan bahwa bahaya pornografi pada anak, salah satunya adalah menyebabkan kerusakan Pre-Frontal Cortex(PFC) pada otak. Kerusakan ini menyebabkan konsentrasi menurun, sulit memahami benar dan salah, serta kesulitan dalam berpikir kritis.
Sehingga, penting bagi orang tua untuk lebih terbuka dan mau berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang pornografi dan bahayanya. “Salah satu upaya orang tua untuk mengedukasi anak terkait bahaya pornografi adalah dengan membekali anak-anak dengan pendidikan seks dan reproduksi yang sesuai usianya,” ujarnya.
Sementara itu, pemateri ketiga Leviane J.H. Lotulung memaparkan tema “Peran Komunitas Akademik dalam Pendidikan di Era Digital”. Ia memaparkan bahwa menjadi komunitas akademik dalam pendidikan di era digital dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu: adaptif, kreatif, dan kolaboratif.
Maksud dari kolaboratif adalah tidak merasa tinggi hati dan belajar dari orang lain yang memiliki kelebihan lain dari kita. “Bahasanya dalam Pancasila yaitu “gotong royong”. Setiap pendidik bekerjasama untuk menghasilkan peserta didik yang terbaik di masanya,” tutur Leviane.
Literasi Digital kali ini ditutup dengan pembahasan dari Irma Suryani dengan topik “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Internet Aman dan Sehat untuk Anak”. Menurut Irma, kunci dari pola berinternet yang ideal untuk anak adalah dengan memberi arahan serta pendampingan dari orang tua.
Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh American Academy of Pediatrics, disebutkan bahwa anak dapat diperkenalkan dengan internet pada usia 18 – 24 bulan. “Dengan catatan bahwa paparan tersebut perlu dibatasi serta pilihlah konten edukasi untuk anak,” pungkasnya.
Salah seorang peserta, Suhaimi, bertanya tentang bagaimana tips memaksimalkan digital agar tetap mengarah ke internet positif untuk remaja dan anak. Rahmat menanggapi, hal tersebut dapat dimulai dengan menyaring pertemanan anak di media sosial karena saat ini banyak akun yang dibuat untuk menyebarkan konten negatif. Jika anak mengklik konten yang disebarkan tersebut, maka di kemudian hari akan muncul iklan-iklan yang berisi konten sejenis.
Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. [*]