Dari Gastronomi hingga Seni: Sarirasa Rayakan 51 Tahun Jadi Pelopor Kuliner, Budaya, dan Lingkungan
Langkah nyatanya? Sampah makanan diubah jadi pakan maggot (larva lalat BSF) untuk ayam petelur omega-3, plastik diganti dengan kemasan ramah lingkungan berbahan singkong, hingga tusuk sate bekas disulap jadi dekorasi meja. Kreatif dan bertanggung jawab.
Berkat konsistensinya, pada awal 2025, Sarirasa menerima Green Achievement Award dari Greenhope—pengakuan atas bisnis kuliner yang tak hanya enak, tapi juga berkelanjutan.
Baca Juga : Sarirasa Group Melalui Pantura Ungkap Kembali Perjalanan Rasa Jawa yang Terlupakan
“Kami ingin restoran kami menjadi ruang di mana orang bisa merasa terhubung dengan cerita besar tentang budaya dan keberlanjutan,” ujar Benny Hadisurjo, CEO Sarirasa Group.

Itulah sebabnya, tiap restoran kini punya “jiwanya” sendiri. Di Canggu Bali, Anda bisa menikmati sate sambil melihat tenun Bali di alas piring dan dinding.
Di Belanda, meja di Sate House Senayan terbuat dari 24.000 tusuk sate daur ulang—sebuah simbol akan komitmen mereka terhadap lingkungan.
Baca Juga : Menuju Setengah Abad, Sarirasa Group Hadirkan Pagelaran Semesta Rasa dan Ekspansi Global
Sarirasa menunjukkan bahwa warisan kuliner Indonesia bisa menjadi alat perubahan yang kuat—bukan hanya mempertahankan rasa, tapi juga mengedukasi dan menyadarkan. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Wartamedia Network WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029Vb6hTttLSmbSBkhohb1J Pastikan kalian sudah install aplikasi WhatsApp ya.
- Editor : Fatkhurrohim