wartaevent.com – Jakarta. Setahun belakangan ini, Didi Kempot kembali menapaki sejarah baru sebagai seorang musisi sekaligus pelaku seni Jawa tradisional di panggung musik tanah air. Bersama genre musik Campursari, pemilik nama asli Didi Prasetyp ini tak menyangka bakal mendulang kembali popularitas di era millennials.
Ihwal ini bermula pada awal bulan Juli 2019, ketika itu nama Didi Kempot mendadak perbincangan warga Twitter, kemudian disusul oleh YouTuber Gofar Hilman yang menggelar event Ngobrol Bareng Musisi (Ngobam) di Wedangan Gulo Koplo, Kartosuro, Jawa Tengah.
Dalam tayangan LIVE bersama Kompas TV di tanggal yang diunggah di kanal YouTube pada (01/09/2019) lalu, Didi Kempot tidak menyangka bahwa lagu-lagunya ini akan kembali popular seperti sekarang. “Saya harus berterima kasih ke anak muda yang masih mencintai lagu-lagu tradisional. Matur Nuwon Mas Gofar, yang gigih waktu itu pengen ketemu saya,” ungkap Didi.
Usai ramai di jagad maya, popularitas Didi Kempot pun kian tak terbendung. Basis masa dari netizen begitu kuat. Netizen pun akhirnya menjuluki putra dari Ranto Gudel ini sebagai The Godfather of Broken Heart, dengan para jama’ah (penggemar) #sobatambyar.
Bermula dari sini adik dari Mamik Prakoso—pelawak Srimulat ini banjir manggung dimana-mana, mulai dari pentas seni, hinga konser tematik yang diselenggarakan oleh para promotor musik. Didi Kempot dengan gelar barunya The Godfather of Broken Heart dalam jenjang waktu seminggu, ia menggelar konser di Jakarta, yakni Konangan Concert, Minggu (29/09/2019) di SCB, Jakarta. kemudian di SynchronizeFest (04/10/2019).
Bens Leo, pengamat musik senior Indonesia, mengatakan, Didi Kempot kembali melejit di panggung musik tanah air menjadi suatu fenomena tersendiri. Sebab, ini sangat unik. Dimana, para penikmat lagu-lagunya berasal dari kalangan anak millennials yang pada masa itu belum lahir, selanjutnya banyak bukan orang Jawa yang mampu menyanyikan secara benar dan hapal.
Dalam pengamatan Bens Leo, banyak indikator mengapa Didi Kempot kembali menemui masa kejayaannya di era digital seperti sekarang ini. “Via Vallen, Rosianna SIlalahi dapat dibilang juga nama lain yang turut andil mempopulerkan Didi Kempot,” sebut Bens.
Via Vallen, tambah Bens Leo, mempopulerkan Didi Kempot dengan membawakan lagu-lagunya. Kemudia Rosianna Silalahi, menjadi jurnalis yang cerdas yang mampu membuat konsep wawancara ekslusive dengan Didi Kempot dalam rasa dan nuansa yang berbeda.
“Rosi, yang berdarah Batak, mampu mengimbangi narasumbernya yang berbahasa Jawa medok. Dan Rosi, mampu menyajikan secara menarik. Sampai mampu mendatangkan orang Korea yang mampu menyanyikan lagu Sewu Kuto dengan lancar dan benar. Bahkan Rosi pun menghadirkan narasumber dari generasi millennials, Putu Trisnanda dari Bali, mereka duet menyanyikan lagu Layang Kangen,” terang Bens Leo.
Dari tayangan wawancara eksklusive dengan Didi Kempot The Godfather of Broken Heart secara LIVE di Kompas TV yang diunggah di kanal YouTube dengan durasi 1:34:19 detik ini hingga hari Senin (07/10/2019) telah di tonton mencapai 613.529 view.
Bens Leo kembali menjelaskan, meroketnya kembali lagu-lagu Didi Kempot pun ditengarai dengan terus melemah dan merosotnya jumlah fisik album dalam bentuk CD maupun DVD dari para musisi. “Panggung konser menjadi salah satu medium yang efektif untuk berkomunikasi dengan para penggemar dan meraih kembali popularitas,” rincinya.
Perlu disadari pula, terang Bens, bahwasannya industri musik Indonesia ini butuh sesuatu yang ringan, tapi juga menjanjikan suatu apresiasi. Dan, lagu-lagu dari Didi Kempot ini mampu menjawab hal tersebut. Lirik-lirik lagu Didi Kempot yang mayoritas Patah Hati ternyata sangat mudah diterima oleh kalangan millennials seperti saat ini.
“Belum lama ini, saya baru kembali dari Yogyakarta. Saya mendapati bahwa Didi Kempot ini sangat popular di kalangan millennial. Bahkan ada di salah satu tempat di sudut kawasan Malioboro, ada satu tempat yang secara khusus menyanyikan lagu-lagu dia, lengkap dengan instrument gamelan dan instrument modern lainnya. Ini fenomena yang fantastis,” pungkas Bens.
Ada fenomena menarik lainnya, mungkin ini cocok mengapa Didi Kempot mendapat julukan The Lord Didi Kempot, layak Rhoma Irama dengan gelar Raja Dangdut. “Di Yogya, setiap Selasa Wage, menjelang sore kawasan Malioboro banyak musisi menyanyikan lagu Campursari dari Didi Kempot. Ini seperti fenomena Koes Ploes pada masanya dulu,” kata Bens.
Sering Berulang dan Ada Masanya
Di industri musik, pola-pola semacam ini sering viral dan berulang. Koes Ploes memiliki eranya sendiri, kemudian ada era musik 90-an, ada juga eranya Boy Band dan Girl Band, dan lainnya. “Untuk saat ini, jangan kaget, jika ternyata Didi Kempot lebih popular ketimbang grup band seperti Noah, Kahitna atau yang lainnya,” tandas Bens.
Perlu dicatat pula, bahwasannya Didi Kempot pun saat ini sangat popular di pentas-pentas seni (Pensi) yang digelar oleh kalangan anak muda. Bahkan ada tren di Pensi, untuk saat ini nama Didi Kempot dan Via Vallen memiliki nilai jual lebih dibanding band-band musik yang terkenal lainnya.
Oleh itu sebabnya, Popularitas Didi Kempot dan Via Vallen, mampu mengkatrol nilai jual yang tinggi untuk sekali manggun. Dalam taksiran Bens Leo, baik Didi Kempot maupun Via Vallen honor mereka untuk sekali manggung nilainya dapat mencapai di atas Rp100 juta.
Dalam kesempatan ini, Bens Leo pun mengingatkan kepada management Didi Kempot, bahwa popularitas seperti ini bersifat sementara. Karena suatu saat pasti akan berganti tren-nya. Dan ini pernah terjadi pada Band Peterpan dan beberapa band musik lainnya. “Tren seperti biasanya berlangsung paling lama 2 – 3 tahun. Atau bahkan bisa lebih cepat. Tergantung tren terbaru apalagi yang akan muncul,” Bens menganalisa.
“Saya hanya dapat menyarankan saat di puncak karir, agar melindungi karya-karyanya sang artis. Mulai dari mendaftarkan karya intelektual seperti ke Karya Cipta Indonesia (KCI), Perpusnas, HAKI, dan lainnya agar kelak mendapatkan royalti saat sudah tidak produktif lagi,” tambah Bens.
Bens pun kembali mengingatkan, agar pihak management Didi Kempot mampu memenej waktu artisnya dengan baik dan bijak. Mengingat, musisi pun tetap manusia biasa yang memiliki keterbatasan seperti kesehatan.
“Mendaftarkan karya intelektual ini sangat penting. Sebab, Royalti yang di dapat menjadi bekal penghasilan di hari tua. Banyak musisi dan atau management yang membawa artisnya ini lupa untuk mendaftarkan. Maka yang terjadi, banyak musisi yang hidupnya kekurangan setelah tidak produktif lagi. Ini mengenaskan,” tegas Bens.
Fenomena Didi Kempot sebagai The Godfather of Broken Heart bersama dengan #SobatAmbyar semestinya menjadi suatu pembelajaran jika musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan. Hal seperti ini pun mestinya menjadi pemantik bagi para musisi daerah untuk muncul ke permukaan layaknya Didi Kempot.
“Potensi lagu-lagu bahasa daerah dengan iringan alat musik tradisional dan berpadu dengan alat musik modern masih sangat besar. Apalagi, bagi para pendengar dan penikmat musik dari luar negeri. Bagi orang luar negeri ini unik dan sangat etnik, karena di negaranya tidak ada,” tutup Bens Leo. [*/Photo by_Dok Synchronizefest]
WARTAEVENT.comm – Bandung. HARRIS Hotels, kembali menghadirkan annual event olahraga lari bertajuk HARRIS Day. Tahun ini bertemakan "FINAL LAP", dan… Read More
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. Menyambut datangnya Tahun Baru 2025, Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta kembali menghadirkan event spektakuler bertajuk "Malioboro… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) semakin memperkuat komitmennya dalam meningkatkan layanan digitalisasi pemesanan tiket online melalui aplikasi… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. Artotel Group dan PT Bandung Infra Investama (Perseroda) resmi menjalin kemitraan untuk mengelola ARTOTEL Kiara Artha Bandung,… Read More
WARTAEVENT.com – Ketapang. Menjelang puncak musim liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan kesiapan… Read More
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. ARTOTEL Yogyakarta mempersembahkan acara istimewa Homeground: Magnificent Seven Intimate Fun Trail Run, Minggu (8/11/2024) mendatang, untuk merayakan… Read More
Leave a Comment