FGD GIPI: Membangun Konektivitas Menjaring Wisatawan
Warta Event – Jakarta. Air Connectivity yang menjadi salah satu tiga program teratas setelah digital tourism dan homestay wisata pedesaan, menjadi hal paling krusial dalam mendatangkan target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegaran ke Indonesia.
Untuk itu, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) dengan mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) hari ini Senin, (28/08/2017) menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Gedung Kemenpar, Jakarta.
Didien Junaidi, Kemenpar menetapkan tiga program teratas yaitu Digital Tourism, Homestay Desa Wisata, Air Connectivity. Program tersebut diharapkan mampu mengakselarasi pembangunan pariwisata Indonesia.
Konektivltas udara merupakan hal krusial dalam pariwisata. Sebab, 75 persen wisatawan mancanegara datang melalui bandar udara. Program tersebut dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama penambahan seat capacity.
Seats Capacity of International Flight sebesar 19,5 juta saat ini ternyata hanya efektlf untuk mendatangkan 12 juta wisman di tahun 2016, sehingga untuk mendatangkan 20 juta wisman diperlukan 3O juta seats atau tambahan sebesar 10,5 juta seats.
Selain itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas bandara, melalui penataan slot time, perpanjangan operating hours. Deregulasi dan pemanfaatan IT dan SDM. Untuk jangka menengah diperlukan pengembangan fisik bandara antara lain perpanjangan runaway.
Judi Rifajantoro, Staf Khusus Menteri Bidang Infrastruktur Pariwisata, mengungkapkan, apakah dengan ketersedian slot di bandara dan kemudahan ijin rute serta merta Airline akan menerbangi rute baru?
Jawabannya, tergantung dengan kondisi atraksi dan amenitasnya. Beberapa studi kasus ditemukan, pariwisata di Manado terus membaik, hal ini terjadi karena ada komitmen dari kepala daerahnya, kemudian ditunjang lagi dengan adanya inisiatif pelaku industrinya.
Kemudian, kata Judi, ada yang unik dengan Kota Solo. Apakah Kota Solo sudah kurang menarik? Belum tentu juga. Sebab atraksi, amenitas dan destinasinya sudah beragam dan bagus. Bandara dan perijinan juga sudah mendukung. Ini yang perlu terus dikaji.
Sementara itu Rusmiati, Sekertaris Jenderal ASITA, mengatakan, Kota Solo memang unik. Jika dibandingkan dengan D.I Yogyakarta, Kota Solo memang kalah. Selain deket sama Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Yogyakarta sudah terlebih dahulu di promosikan.
Meski demikian tour operator yang tergabung di ASITA sudah kreatif dalam mengemas dan menjual paket wisata ke Kota Solo. “Ini kita buktikan dengan menjual paket ke Solo hanya Rp72.000 dalam salah satu pameran menyambut hari Kemerdekaan RI yang ke-72,” urai Rusmiati.
Kemudian, kata Sekjen ASITA, yang namanya promosi kan tidak dapat dinikmati pada bulan itu juga. “Tapi saya yakin mulai tahun depan akan ada pergerakan wisman yang cukup signifikan ke Kota Solo setelah kita promosikan di tahun ini,” pungkas Rusmiati. [Fatkhurrohim]