Forum Diskusi ICWA Membahas Situasi Terkini dan Masa Depan Kawasan Pasifik
Situs Sejarah Pasifik
Darmono menyampaikan bahwa Morotai menyimpan peninggalan sejarah puing dan alat tempur dari Perang Dunia II serta memiliki keindahan alam bawah laut dengan keanekaragaman biota dan terumbu karang.
Sejumlah wilayah Indonesia bagian timur menjadi saksi bisu berkecamuknya Perang Dunia II, terutama perseteruan pasukan Sekutu dengan tentara Jepang dalam menguasai kawasan Asia Pasifik. Salah satunya adalah sebuah pulau di sebelah utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Namanya Pulau Morotai, tercatat dalam sejarah dunia ketika menjadi palagan Pasifik (Pacific Theatre) militer Jepang dengan sekutu.
Baca Juga : Tingkatkan Kerja Sama, Pengurus FDBRI Melakukan Kunjungan ke Bappenas
Pulau seluas 2.330 kilometer persegi ini sebagian wilayahnya masih tertutup hutan lebat. Semula tentara Jepang menguasai pulau ini pada 1942 dengan membangun pangkalan militer, termasuk landasan udara di sekitar Pantai Daruba.
Sejarawan Robert Ross Smith dalam The Approach to The Philippines terbitan tahun 1953 mengungkapkan bahwa dalam sebuah rapat militer AS pada Juli 1944 di bawah pimpinan mantan Kepala Staf Angkatan Darat Douglas MacArthur di Hawaii, nama Morotai masuk dalam daftar lokasi untuk direbut dari tangan Jepang.

Ini sebagai tindak lanjut perintah Presiden Franklin Roosevelt kepada MacArthur beberapa hari sebelumnya. MacArthur, Panglima Tertinggi AS untuk kawasan Pasifik Barat Daya, memimpin pasukannya memasuki Morotai dari Biak pada 15 September 1994 lewat Operasi Tradewind.
Baca Juga : Hasil Survey Lowy Institute: Kinerja Diplomasi RI 2018-2024 Mengalami Peningkatan
Dengan kekuatan 57.020 pasukan gabungan bersama militer Inggris, Australia, dan Belanda, MacArthur berhasil memukul mundur ratusan prajurit Jepang lewat peperangan yang berlangsung hingga 4 Oktober 1994. Ratusan prajurit dari kedua pihak menjadi korban. Begitu pula dengan nasib alat-alat tempurnya.
Tantowi Yahya: Kawasan Pasifik adalah arah geopolitik masa depan
Pembicara kedua, mantan Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya memandang Samudera Pasifik sebagai kawasan yang menjadi arah kebijakan geopolitik, ekonomi dan sosial di masa mendatang, di mana berbagai aktivitas akan terpusat di kawasan tersebut.
Tantowi mendasarkan alasannya pada letak geografis kawasan tersebut dan adanya minat yang besar dan terus meningkat dari negara-negara besar terhadap kawasan tersebut.
Baca Juga : Pengalaman Para Diplomat Wajib Dipelajari Pelaku dan Pemerhati Polugri: Kesimpulan Prodi HI Unpad
“Saya berbicara tentang Amerika Serikat, China, Jepang, dan Uni Eropa,” kata Dubes Tantowi. “Bagi saya ini sangat menarik. Saya katakan menarik, mengapa? Karena Indonesia memang bagian dari Pasifik,” katanya.

Di sebelah barat dan selatan, wilayah Indonesia diapit oleh Samudra Hindia. Sementara di sebelah timur, wilayah Indonesia diapit oleh Samudra Pasifik, dengan sebagian wilayahnya memang berada di Pasifik. “Kita tidak bisa mengelak. Itu anugerah Tuhan,” katanya.
Dia menjelaskan, ada lima alasan mengapa suatu negara terhubung dengan suatu kawasan. Di antaranya karena hubungannya secara geografis, budaya, sosial, politik dan ekonomi. “Semua itu ada di Pasifik. Kita terhubung dengan Pasifik melalui lautan. Kita adalah bagian dari Pasifik,” katanya menegaskan.