WARTAEVENT.com – Magelang. Berjarak 3 kilometer dari Candi Borobudur, Desa Wisata Klipoh yang terletak di Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Magelang ini menyimpan cerita masa lalu tentang kerajinan gerabah.
Salah seorang perajin gerabah di Desa Wisata Klipoh, Rupiah, mengisahkan bahwa gerabah menjadi salah satu peninggalan berharga bagi masyarakat Desa Klipoh. Sejarah terbentuknya Desa Klipoh pun berkaitan erat dengan perkembangan kerajinan gerabah.
Baca Juga : Lounge In The Sky Indonesia: Menikmati Jamuan Makan Malam dari Ketinggian dengan View Kota Jakarta
“Desa ini berkaitan dengan kerajinan gerabah, dan munculnya gerabah ini juga berbarengan dengan dibangunnya Candi Borobudur,” ujar Rupiah.
Rupiah yang berbicara sembari menjalankan tepian alat pemutar gerabah yang berbentuk lingkaran pipih kembali bercerita, sejarah Desa Klipoh bermula dari kedatangan seorang perempuan di sebuah alas (hutan). Ia merupakan seorang janda yang memiliki gelar tinggi dari Kerajaan Medang.
Baca Juga : Tak Sekedar Perjalanan, Ini Misi dari ASIDEWI Java – Sumatera Overlands
Adanya permasalahan yang terjadi di kerajaan, membuat ia serta pendhereknya (pengikutnya) harus meninggalkan kerajaan dan berpindah ke wilayah yang saat ini disebut Klipoh.
Wilayah tersebut kemudian menjadi tempat tinggalnya yang hingga kini dapat diketahui dari tekstur tanah dan kedekatan dengan sumber air. Karena alasan tersebut, warga sekitar memberi nama kepada perempuan tersebut dengan sebutan Nyai Kalipah.
“Kalipah sendiri terdiri dari dua kata, yakni kali dan pohe. Kali berarti sungai dan pohe berarti tempatnya sehingga Kalipah memiliki makna yaitu sungai sebagai tempat tinggalnya,” ujar Rupiah.
Baca Juga : Belajar Sejarah dari Rumah Sang Proklamator Bung Hatta
Sembari tangan kanan Rupiah menghaluskan adonan tanah dengan kertas, dan tangan kirinya mengatur ritme putaran mesin manual itu, ia menjelaskan bahwa Nyai Kalipah adalah orang pertama yang mengajarkan dan mengembangkan gerabah di wilayahnya.
Karena keahliannya dalam membuat gerabah, Nyai Kalipah memimpin para pengikutnya untuk membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Desa Klipoh. Sampai saat ini kerajinan gerabah terus bertahan di Dusun Klipoh.
Baca Juga : Bangunan Cagar Budaya Istana Mini Banda Neira Diusulkan Jadi Istana Kepresidenan, Ini Alasannya
“Begitu mulanya, sampai akhirnya dari dahulu hingga sekarang gerabah menjadi mata pencaharian masyarakat sini. Masyarakat kami hidup dari penjualan gerabah,” kata Rupiah.
Proses pembuatan gerabah di Desa Klipoh pun menggunakan teknik yang masih sederhana berdasarkan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun.
Rupiah mengungkapkan bahwa kegiatan dan proses pembuatan gerabah yang diwariskan secara turun-temurun ini terukir pada salah satu relief di Candi Borobudur.
Menjadi Daya Traik Wisata
Kini, industri gerabah di Desa Wisata Klipoh telah dikembangkan agar menjadi daya tarik wisata di sekitar Borobudur. Beberapa hotel di sekitar kawasan Candi Borobudur memiliki paket kunjungan ke Desa Klipoh.
Rupiah bersama sang kakak pun memanfaatkan peluang tersebut untuk mengembangkan kerajinan gerabahnya. Melalui Galeri Sani Pottery, Rupiah dapat memproduksi kerajinan gerabah, sekaligus menghadirkan wisata edukasi.
Baca Juga : Misteri Lokomotif B dari Museum Kereta Api Ambarawa dan Muchsin Sang Penjaga
Sehingga wisatawan yang datang bukan hanya bisa membeli barang-barang hasil produksi, tapi juga bisa mempraktikkan teknik membuat gerabah secara tradisional.
Namun, yang menjadi tujuan utama Rupiah dengan adanya Galeri Sani Pottery ini ia bisa mempertahankan warisan leluhur serta mengedukasi sejarah gerabah di Desa Wisata Klipoh.
Baca Juga : Desa Tlilir Membangun Kemandirian Desa Menjadi Kampung Mbako
“Bagi masyarakat Desa Klipoh, gerabah ini menjadi tulang punggung ekonomi mereka. Keuntungan membuat gerabah tidaklah besar, tetapi masyarakat Klipoh tetap semangat mempertahankan warisan leluhur yang telah bertahan selama belasan abad,” tutup Rupiah. [*]
- Editor : Fatkhurrohim
- Photo : Birkom Kemenparekraf