Site icon WARTAEVENT.COM

Gunakan Medsos dengan Bijak, Lawan Perundungan dengan Prestasi

WARTAEVENT.com – Pontianak. Kebebasan berekspresi di internet dan media sosial (Medsos) yang kebablasan menyebabkan kasus perundungan dan ujaran kebencian merajalela. Pemahaman etika di ruang digital harus ditekankan dan sikap saling menghormati harus selalu dipegang teguh saat berinteraksi.

Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema “Etika Bebas Berpendapat di Dunia  Digital”, Kamis (15/9) di Pontianak, Kalimantan Barat. Hadir sebagai narasumber adalah Social Media Officer GoodNews From Indonesia, Ni Putu Ruslina Darmayanthi; Jawara Internet Sehat Provinsi Gorontalo 2022, Julianur Rajak Husain; dan Dosen Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar, Andi Asy’hary J Arsyad.

Baca Juga : Tidak Menjamin 100 Persen Aman, Lindungi Data Dirimu di Internet, Ini Caranya

Dalam webinar tersebut, Ni Putu Ruslina Darmayanthi mengatakan, media digital memberikan kebebasan berekspresi tapi warganet atau netizen seringkali kebablasan sehingga memicu maraknya kasus perundungan siber atau cyberbullying dan ujaran kebencian.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaporkan pada 2018-2021 terdapat 3.640 kasus ujaran kebencian di media digital. “Menurut survey Microsoft terhadap lebih dari 500 orang tahun 2021, sebanyak 27% netizen di Indonesia pernah mengalami ujaran kebencian dan 13% pernah mengalami tindakan diskriminasi,” ungkap Lina, sapaan akrabnya.

Baca Juga : Jangan Mau jadi Korban, Ini Cara Pilih Pinjol yang Aman dan Legal

Dia pun mengingatkan bahwa di media digital, interaksi bersifat sosial, bukan antara orang dengan robot. Interaksi ada yang bersifat positif, yaitu interaksi yang sehat dan menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya. Namun, ada juga interaksi negatif seperti ujaran kebencian dan perundungan siber.

Menyambung paparan Lina, Julianur Rajak Husain menekankan hal yang perlu dilakukan di media social antara lain menghormati aturan main di medsos, menghargai waktu dan kuota orang lain, membuat jejak digital yang baik, berbagi hal positif, memperhatikan opini dan emosi di medsos, menghargai privasi orang lain.

“Gunakan medsos secara bijak, cerdas dan cermat karena apa yang kita bagikan akan berdampak bagi jutaan individu lainnya di ruang digital. Jadilah agen perubahan yang membawa kebaikan di tengah gempuran konten-konten tidak karuan,” saran dia.

Lebih lanjut, Andi Asy’hary J Arsyad menyoroti maraknya cyberbullying, atau perundungan. Menurut data UNICEF 2022, 45% anak di Indonesia jadi korban cyberbullying. Ini sudah gawat, kasus yang parah ada yang sampai bunuh diri karena dirundung di medsos.

Baca Juga : Internet Bisa Menjadi Sumber Pengetahuan, tapi Penggunaannya Harus Penuh Waspada

Untuk mencegah perundungan, Andi menyarankan jika seseorang mengalami sakit hati atau merasa dirundung, konsultasikan dengan orang lain yang dipercaya seperti orangtua atau guru maupun ahli. Langkah lainnya melaporkan kasus perundungan, misalnya melalui fitur yang tersedia di medsos.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Baca Juga : Sebarkan Konten Positif, Gaungkan Budaya Lokal di Ruang Digital

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0. [*]

Exit mobile version