WARTAEVENT.com – Jakarta. Halodoc meluncurkan aplikasi “Bidanku”. Aplikasi ini dapat membantu bidan di Indonesia dalam memaksimalkan peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Dikembangkan sejak pertengahan 2021, Bidanku telah digunakan oleh bidan-bidan di berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua.
Baca Juga : Bermitra dengan Halodoc, UOB Indonesia Donasikan 20.000 Masker di 3 Kecamatan
Jonathan Sudharta, CEO & Co-Founder Halodoc mengatakan, di tengah populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, akses layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi masyarakat di berbagai wilayah.
“Peranan bidan dalam bantu jaga kesehatan Ibu dan Anak juga menjadi sangat penting di tengah kondisi penyebaran jumlah dokter dan fasilitas kesehatan yang belum merata di Indonesia,” ujarnya.
Baca Juga : Saat Pandemi, Tren Telemedisin Melonjak Ini Penyebabnya
Bidanku memiliki tiga fitur utama, yaitu;
1. Fitur pengingat pasien otomatis & ringkasan kesehatan, untuk meningkatkan dan memantau kunjungan kembali pasien, sehingga mengurangi kemungkinan kehamilan berisiko tinggi yang tidak diketahui.
Fitur ini juga dapat memantau keberlanjutan kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB), serta mengetahui keberlanjutan imunisasi.
2. Manajemen pasien, untuk mempermudah administrasi bidan dalam satu klik. Fitur ini mendigitalisasi perawatan kesehatan keluarga dari kehamilan hingga imunisasi.
3. in-app education library, untuk membantu bidan dalam melakukan edukasi pasien dengan cara yang lebih interaktif. Fitur ini dikembangkan berdasarkan fakta bahwa bidan memiliki peran penting dalam mengedukasi pasien.
Aplikasi Bidanku merupakan bentuk dukungan Halodoc pada program Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Berikan Layanan Terbaik ke Nasabah di Era Pandemi, Manulife Indonesia Optimalkan Digitalisasi
Farzikha Indrabhaskara Soerono, Chief of Product Officer Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI mengatakan, tantangan terbesar dalam strategi transformasi digital di sektor kesehatan adalah pengumpulan data primer masyarakat.
Di daerah, data kelahiran bayi masih sangat lambat, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk datanya bisa terekam di puskesmas. Padahal dari data-data ini kita bisa mengetahui risiko anak yang mengalami gizi buruk, misalnya. [*]
- Editor : Fatkhurrohim