Hasil Survey Lowy Institute: Kinerja Diplomasi RI 2018-2024 Mengalami Peningkatan
Selanjutnya beberapa penanggap lainnya memberikan komentar beragam tentang metode pengkajian yang komprehensif dengan menyertakan variabel lain yaitu: militer, ekonomi, ketahanan pangan, dan peranan masyarakat.
Dr Athigah Nur Alami, Kepala Riset Politik Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa data penilaian Asia Power Index (APl) sahih mengingat kegiatan survey ini menggunakan tolok ukur sumber daya dan pengaruh untuk menentukan peringkat kekuatan negara-negara di Asia. Proyek ini memetakan distribusi kekuatan yang ada saat ini, dan melacak pergeseran keseimbangan kekuatan dari waktu ke waktu.
Baca Jugaa : Peringati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, AS dan Indonesia Promosikan Kebudayaan Bersama
Sementara itu Periset senior, Andrew Mantong dari CSIS memberikan komentar terkait dari hasil riset dengan visi politik Luar Negeri (LN) Presiden Prabowo Subianto. Disebutkan oleh Andrew bahwa kajian API untuk mendorong transformasi yang berarti. Kuncinya terletak pada pengolahan data yang efektif.
Dengan menganalisa berbagai metrik yang berkontribusi pada peringkat Indonesia, maka pemerintahan Presiden Prabowo dapat mengidentifikasi bidang-bidang di mana Indonesia unggul dan di mana letaknya kekurangannya.
Dengan demikian keinginan Indonesia untuk bergabung pada BRICS memiliki dasar yang kuat karena fundamental sumber daya yang ada dan memungkinkan para pembuat kebijakan untuk mengalokasikan sumber daya secara strategis, dengan fokus pada inisiatif yang meningkatkan posisi global kita.
Baca Juga : Ini Peran Diplomat dalam Menjalankan Polugri
Dosen Universitas Paramadina Dr. Dinna Prapto Rahardja memberikan komentar tentang pentingnya peranan non-state actors dalam pengembangan diplomasi Indonesia. Disebutkan bahwa diplomasi tidak saja berada dalam ranah publik tetapi juga sosial. Kebudayaan dan ekosistem sumber daya alam akan memberikan nilai besar terhadap pergaulan antar bangsa.