IFRA 2018: Menjadi Model Perkembangan Bisnis dan Ekonomi Nasional
Warta Event – Jakarta.Pameran Pameran dan konferensi waralaba, International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2018 yang digelar pada tanggal 20 – 22 Juli 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, mampu menghadirkan etalase bagi para pelaku usaha waralaba.
Oleh karena bisnis waralaba mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional maka bisnis waralaba pun menawarkan permodalan yang terjangkau serta menjadi pilihan tepat untuk perkembangan bisnis dan ekonomi.
Andrew Nugroho, Ketua Umum AFI, menuturkan, industri waralaba menjadi pilihan bagi mereka yang ingin memiliki bisnis sendiri dengan modal yang tidak terlalu besar. “Bisnis waralaba menawarkan skema permodalan yang fleksibel sehingga nyaris semua orang bisa menekuninya. Namun setelah terjun di bisnis ini tentu para pemain harus terus menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang waralaba,” ujar Andrew.
IFRA 2018 merupakan peluang untuk menjalin relasi dan mencari potensi-potensi usaha lain. Untuk itu, Andrew mengharapkan, pemerintah bisa terus melakukan pembinaan bagi para pebisnis waralaba lokal agar bisa bersaing secara global.
Saat ini Indonesia masih tertinggal dari negara lain dalam hal penetrasi waralaba ke pasar regional. Pembinaan diperlukan untuk menjaga kualitas waralaba nasional baik dari segi kualitas produk maupun profesionalitas manajemen.
IFRA tahun ini yang mengangkat tema “Creating Franchise Entrepreneurial Behaviour with Continous Innovation” ini menekankan pentingnya inovasi untuk mengembangkan bisnis waralaba.
Selain itu, para pebisnis waralaba juga harus memiliki pengetahuan cukup di bidang pemasaran, manajemen, strategi bisnis, keuangan, dan lain-lain. “Inilah pentingnya melakukan pembinaan serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis waralaba,” terang Andrew.
Minat untuk menjadi pebisnis waralaba dari tahun ke tahun terus meningkat. AFI mencatat Ada lebih dari 200 jaringan waralaba dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 2juta orang. Setiap tahun, bisnis waralaba terus meningkat 10-25% per tahun.
Sementara itu Tjahya Widayanti, Direkur Jendral Perdagangan Dalam Negeri – Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, menjelaskan, dari tahun ke tahun terus meningkat hingga 17%. Prospek waralaba ini sangat menjanjikan. Dan sesuai dengan arah kebijakan ekonomi yang dicanangkan pemerintah yaitu ekonomi kerakyatan dan keadilan.
Tjahya melanjutkan untuk jenis waralaba yang paling banyak digemari adalah kuliner, fashion dan pendidikan. Kedepan harus dikembangkan ke sektor lain seperti agriculture maupun rantai pasok.
“Para pengusaha yang terjun dibidang waralaba diuntungkan dengan berbagai keunggulan. Diantaranya sistem yang terstandar, termasuk harga yang bisa dimaintenance supaya tidak mudah naik dan turun,” jelas Tjahya.
Selanjutnya, Meliadi Sembiring, Sekmen KUKM, menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas 5%, tidak lepas dari kontribusi para pelaku UMKM yang jumlahnya mencapai 62juta. Kesenjangan harus dikurangi, salah satunya dengan mengembangkan sektor koperasi dan UKM.
Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi di Indonesia, salah satu upaya yang terus dilakukan adalah dengan meningkatkan rasio pengusaha di Indonesia yang saat ini baru mencapai 3,1%. Sektor waralaba adalah bidang yang strategis untuk meningkatkan rasio pengusaha di Indonesia.
Dengan menekuni industri waralaba ini, para pengusaha diuntungkan dengan banyak keunggulan. Seperti mendapatkan pelatihan, pengelolaan managemen usaha, pengadaan rantai pasok dan teknologinya juga sudah tersedia.
“Namun tantangan kedepannya perlu ada perluasan sektor yang harus dikembangkan. Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa diangkat dari pasar dalam negeri ke ranah pasar global,” jelas Meliadi
Pameran International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2018 ini diselenggaralan oleh Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) dan Dyandra Promosindo sebagai organizer. [Fatkhurrohim/Photo Dokumentasi IFRA]