Indonesia dan Kepemimpinan di ASEAN
Dubes Siswo menyoroti rasa penasaran beberapa negara adi daya terhadap Konsep Indo-Pasifik. Apakah kebangkitan Asia akan mengubah aturan main seperti yang kita kenal sekarang.
Kiranya kita patut sepakat dengan analisa Dubes Siswo, bahwa kebangkitan Asia dan konsep Indo-Pasifik adalah opsi bijak. Setiap kawasan perlu memiliki mekanisme dialog yang konstruktif, lebih banyak kerja sama, dan lebih banyak membina hubungan dengan kawasan lainnya di seluruh dunia.
Saya menemukan bahwa ide untuk menggunakan mekanisme yang kepemimpinan ASEAN didalamnya dapat mengembangkan konstruksi Indo-Pasifik.
B. Demokrasi di Myanmar
Myanmar masih dihantui dengan berbagai cobaan. Dimulai protes dari rakyat, keruntuhan ekonomi, dan eksodus pengungsi sejak kudeta 1 Februari 2021. Yang menyedihkan adalah pada awal Desember ini pendekar dan aktivis sosial Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian malah diganjar hukuman 4 tahun penjara oleh rezim Myanmar.
Sebenarnya para Pemimpin ASEAN tahun ini telah menyepakati “konsensus lima poin” tentang situasi di Myanmar, yaitu untuk: penghentian kekerasan di Myanmar dan untuk menahan diri sepenuhnya; dialog konstruktif untuk mencari solusi damai untuk kepentingan rakyat; menunjuk utusan khusus Ketua ASEAN untuk memfasilitasi mediasi dengan bantuan Sekjen ASEAN; memberikan bantuan kemanusiaan melalui ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre); dan mengirim utusan khusus dan delegasi untuk mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.
Kita tentu terus berharap agar Myanmar segera memenuhi komitmennya terhadap ”konsensus 5 poin” tadi. Yang utama adalah memberikan akses penuh dan tanpa hambatan kepada Utusan Khusus Ketua ASEAN untuk memfasilitasi proses mediasi dialog serta pengiriman bantuan kemanusiaan.