Ini Dampak Buruk Dunia Digital bagi Anak
WARTAEVENT.COM, Kab. Nganjuk – Seiring dengan perkembangan teknologi, anak-anak pun semakin fasih menggunakan berbagai perangkat komunikasi. Apalagi, perangkat komunikasi saat ini semakin kecil dan mudah dibawa-bawa.
Sudah jamak terlihat, anak-anak berbagai usia terlihat menggenggam gawai di mana-mana, baik untuk bermain “game”, mencari informasi melalui mesin pencari, membuka situs portal, maupun berselancar di dunia maya melalui media sosial.
Mereka begitu fasih menggunakan gawai-gawai dan mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat, berbeda dengan generasi-generasi sebelum mereka yang memerlukan adaptasi. Perkembangan teknologi selalu memunculkan dua sisi uang logam. Selalu ada dampak baik, tetapi juga terdapat dampak negatif yang harus diwaspadai, yang saling berdekatan satu sama lain.
“Cyber bullying” atau perundungan di dunia maya, menjadi salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi digital. Belum lagi eksploitasi anak dengan berbagai modus di dunia digital, seperti pornografi, perdagangan anak hingga kekerasan dan pelecehan seksual.
“Dampak buruk penggunaan gawai di kalangan anak-anak harus dicegah, meskipun di sisi lain gawai juga memberikan dampak yang baik,” ujar Ratna Winahyu Utami, Produser dan Penyiar Radio Kosmonita Malang, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (30/9/2021).
Menurutnya, Sepertiga hidup anak juga berada di keluarga. Karena itu, keluarga juga harus berperan mengawasi dan mendampingi anak dalam menggunakan gawai untuk mencegah dampak negatifnya.
Seringkali, keluarga atau orang tua membiarkan anak menggunakan gawai tanpa pengawasan. Bahkan kadang sengaja memberikan gawai tanpa memikirkan dampak buruk bila anak sudah ketagihan. Penggunaan gawai tanpa pengawasan dan pendampingan keluarga bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Akses terhadap gawai yang tanpa batas bisa mengabaikan waktu belajar dan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
“Kalau sudah ketagihan, anak bisa asyik sendiri dengan gawainya. Karena itu, orang tua juga harus berperan mengawasi anak-anak dalam menggunakan gawai,” katanya.
Lanjutnya, usia anak belum saatnya menunjukkan keberadaan atau eksistensinya di media sosial atau aplikasi digital karena mentalnya belum stabil. “Seseorang perlu stabilitas mental saat menunjukkan eksistensinya di media sosial. Anak yang belum stabil, mentalnya bisa jatuh saat menerima perundungan di media sosial,” terangnya.
Ia juga mengatakan perundungan secara virtual di media sosial atau aplikasi digital sangat berbahaya bagi anak dan akan terasa lebih menyeramkan karena tidak terlihat bentuknya secara nyata. Perundungan secara virtual akan selalu terekam di ingatan anak. Padahal dari segi umur, dia belum siap menerima tekanan dari perundungan seperti itu.
Ia mengungkapkan, perundungan yang dilakukan di dunia nyata dampaknya tidak sekuat perundingan virtual. Di dunia nyata anak masih mungkin bisa melihat sisi baik dari seseorang yang merundungnya, satu hal yang tidak akan terjadi di dunia digital.
Karena itu, orang tua seharusnya tidak membiarkan anak di bawah umur mengakses media sosial atau aplikasi digital lain yang memiliki kemungkinan dampak buruk terhadap anak. Bila orang tua mengizinkan anaknya beraktivitas secara virtual di media sosial, maka mereka harus mengawasi anak-anaknya secara ketat.
“Memata-matai atau ‘stalking’ menjadi hal penting bagi orang tua dalam mengendalikan anak-anaknya bermedia sosial. Merupakan kewajiban orang tua untuk mengasuh, membina dan mengawasi anak-anaknya,” katanya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (30/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Tino Agus Salim (Profesional Trainer & Motivator), Mohammad Muzammil (Kepala Sekolah SMKN 2 Situbondo), Jean Christy Sihotang (Teacher at Ora et Labora Senior High School), dan M. Kholil Subarkah (Founder Komunitas @DolanPasuruan.id) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. BerlAndaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.