Ini Faktor Penyebab Anak Lakukan Cyberbullying
WARTAEVENT.COM, Kab. Sumenep – Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel.
Menurut, Wulan Purnamasari, Ketua Prodi S1 Manajemen UMAHA, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut.
“Jadi, terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan dalam hal ini merujuk pada sebuah persepsi kapasitas fisik dan mental,” ungkap Wulan dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021).
Lanjutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang melakukan tindakan perundungan daring atau cyberbullying. Faktor pertama, adalah, tingkat kebahagiaan anak yang mempengaruhi aktivitas di dunia maya.
“Tingkat kebahagiaan anak itu juga mempengaruhi aktivitas mereka untuk mencari kebahagiaan di dunia lain. Karena anak tidak mendapat kebahagiaan, maka ia mencari kebahagiaan lain. Salah satu caranya adalah dengan menertawakan orang yang tertindas,” paparnya.
Faktor penyebab bullying selanjutnya juga bisa disebabkan karena anak mengalami kebosanan dan kurang penghargaan dari guru. Sehingga, ini menyebabkan anak tersebut mencari eksistensi dengan menjadi bully melalui dunia maya.
“Mereka mencari penghargaan lain, eksistensi yang lain di dunia maya yang tentu akan sangat ada hubungannya tadi, ya catatan meningkatnya cyberbullying di pandemi Covid-19,” ujar dia.
Ia menjelaskan, risiko perundungan daring atau cyberbullying meningkat di masa pandemi Covid-19. Hal itu terjadi karena di masa pandemi anak menggunakan gawai atau gadget untuk pembelajaran jarak jauh. Risiko bullying pun rentan terjadi di ranah digital.
“Risikonya menjadi semakin besar (cyberbullying di masa pandemi). Walaupun kita juga bisa melihat ada kesempatan-kesempatan yang bisa kita raih dan kita capai, termasuk untuk melindungi anak dari perundungan online,” katanya.
Ia menambahkan ada beberapa bentuk cyberbullying yang mungkin dialami anak, antara lain menyebarkan foto korban, menjelek-jelekan di media sosial. Serta, menyerang atau terus melakukan pemantauan pada salah satu akun (stalking) dan menjadikannya sasaran bullying.
“Misalnya ada stalking diikuti terus satu orang yang jadi sasaran,” ujar dia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021) juga menghadirkan pembicara DT Yunanto (Co-Founder AutoSultan Komunitas AutoTrading Forex), Ruli Aprilia (Pegiat Literasi Digital & Public Speaker), M. Adhi Prasnowo (Mendeley Advisor Akademisi), dan Ferdiansyah Alifurrahman sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.