Warta Event – Lumajang. Cukup unik, bila melihat catatan sejarah terbentuknya perkebunan teh Guci Alit di Kertowono menjadi kawasan destinasi wisata unggulan bagi Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Satu dasa warsa yang lalu, kawasan perkebunan teh di Guci Alit seolah “haram” untuk disambangi oleh para pendatang. Budaya feodal warisan kompeni masih begitu kuat mengakar untuk membuka dan menerima tamu untuk berwisata ke kawasannya.
Rudy, Tata Usaha PTPN 12 Perkebunan Teh Kertowono mengatakan, para pendahulu seolah menasbihkan untuk masuk pabrik saja dilarang. Dan, para pendahulu pun tidak dapat menerangkan secara gamblang atas pelarangan tersebut.
Lambat laun, dan seiring zaman, paradigma tersebut pun terkikis sendiri. Dan secara potensi, perkebunan teh Kertowono ini memang memikat sehingga layak untuk dikunjungi oleh wisatawan.
“Kira-kira baru 10 tahun ini lah, perkebunan teh Kertowono dapat diakses untuk pariwisata. Sekarang kita lebih open, selama itu prosedural. Saat ini, wisatawan yang ingin mengakses perkebunan teh diberikan akses. Tapi kalau mau masuk pabrik harus ada surat ijin, dan kita kawal,” ungkap Rudy.
Banyak hal yang dapat dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisata di kawasan Kertowono ini, diantaranya adalah adventure, seperti balap motocross, mobil 4X4, downhill (sepeda). Lokasi untuk konsep wisata ini ada P74. Di lokasi ini pula dapat dipakai untuk camping ground dan edukasi.
Selain itu, kata Rudy, pihak PTPN 12 pun menawarkan konsep Agrowisata. Dimana para wisatawan dapat melihat secara dekat proses oemetikan daun teh, pengolahannya, hingga menjadi menjadi minuman yang langsung dapat di teguk saat itu juga.
“Kami pun menyiapkan paket tour edukasi ke ruang pabrik pembuatan teh. Tentunya dengan proses perijinan atau surat menyurat terlebih dahulu. Dalam tour ini, wisatawan kita perlihatkan mesin yang masih asli sejak jaman Belanda,” terang Rudy.
Kemudian, tambah Rudy, mesin-mesin tersebut jumlahnya sepaket, mulai dari penggilang – sortasih. Kita ada beberapa bagian pengelolaan, yaitu penerimaan, pelayuan, penggilingan, pengeringan, sortasih, dan penyimpanan. Semua peralatan tersebut masih orisinil menggunakan kayu.
Para pelancong pun tak perlu khawatir dengan akomodasi di kawasan Kertowono. Dalam kawasan ini banyak perumahan yang dijadikan layaknya vila. Salah satunya adalah Pondok 1001. Pondokan ini menjadi yang tertua.
Harga sewanya pun masih cukup terjangkau untuk grup backpacker. Pondokan dan atau vila disini ada empat rumah. Masing-masing rumah ada yang 2-3 kamar. Harganya hanya Rp400.000 per malam untuk perumahnya dan belum termasuk untuk makan paginya. [Fatkhurrohim]
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. Menyambut datangnya Tahun Baru 2025, Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta kembali menghadirkan event spektakuler bertajuk "Malioboro… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) semakin memperkuat komitmennya dalam meningkatkan layanan digitalisasi pemesanan tiket online melalui aplikasi… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. Artotel Group dan PT Bandung Infra Investama (Perseroda) resmi menjalin kemitraan untuk mengelola ARTOTEL Kiara Artha Bandung,… Read More
WARTAEVENT.com – Ketapang. Menjelang puncak musim liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan kesiapan… Read More
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. ARTOTEL Yogyakarta mempersembahkan acara istimewa Homeground: Magnificent Seven Intimate Fun Trail Run, Minggu (8/11/2024) mendatang, untuk merayakan… Read More
WARTAEVENT.comm – Jakarta. Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 bukan hanya sekadar ajang penghargaan, tetapi juga merupakan upaya pemerintah untuk mendorong… Read More
Leave a Comment