Ini Rahasia Racikan Kedai Kopi Legendaris Kong Djie
Wartaevent.com – Belitung. Untuk menciptakan suatu kopi dengan citarasa dan aroma yang khas memang lah tak mudah. Dan tidak asal takar. Ada formulasinya. Cobalah Anda bertandang ke kedai kopi Kong Djie yang berada di Simpang Siburik, Jl. Gegedek, Tanjung Pandang, Belitung.
Kedai kopi Kong Djie ini termasuk legendaris. Bukan hanya sudah ada sejak tahun 1943, akan tetapi citarasa dari kedai yang didirikan oleh Ho Kong Djie ini masih terjaga hingga kini. Racikan kopi yang berpuluh-puluh tahun it uterus dijaga oleh generasi Kong Djie.
Ismed Holidi, Generasi kedua dari Kong Djie Coffee ini membagi tips kepada setiap tetamunya yang datang, tanpa rasa khawatir akan merugi jika racikannya diketahui orang. Bagi keluarga Kong Djie, berbagi adalah hal yang membanggakan dalam hidupnya.
Kedai kopi yang dulu buka bersama tukang solder di tahun 1950 ini mengungkapkan bahwa racikan kopinya berasal dari kopi jenis Robusta asal Sumatera dan Arabica asal pulau Jawa. Kedua jenis kopi ini di roasting bareng hingga menjadi serbuk kopi yang siap diseduh.
Ismed Holidi, sore itu, Sabtu (17/11/2018) lalu, mengatakan, kopi yang digunakanlah adalah robusta dari Sumatera yaitu Lampung, Bengkulu dan Palembang. Robusta Lampung, sebagai sentra ekspotir terbesar di Indonesia.
“Kalo Arabica kami tidak berbicara di single origin lagi karena yang kami ambil hanya aroma yang dibutuhkan sedikit untuk menjadi pendamping karakter robusta yang pahit dan pekat namun miskin aroma pada segelas kopi yang hangat. Robusta Lampung yang paling dominan di kami. Dan, sudah dalam bentuk bubuk dari supplier yang sudah lama berkerja sama,” ungkap Ismed.
Untuk yang Arabica masih dalam bentuk roasted bean. Karena paling tidak menjaga-jaga ke para supplier dan konsumen untuk berpikir bahwa dirinya mengerti perbedaan dari robusta dan Arabica yang harganya sangat berbeda tiga kali lipat.
Perbedaan jenis dan karakter kopi ini baru dikenal orang dalam beberapa tahun kebelakang ini saja. Dulu, Arabica ini tidak terlalu populer. Sebab, orang dulu enggan capek menanam dan memanen kopi yang harus berada ketinggian minimal 2500 mdpl, akan tetapi ketika sampai tengkulak di bawah harganya sama dengan jenis robusta dari dataran rendah.
“Dahulu kedua jenis kopi ini diroasting sekaligus. Karena yang penting ngopi, berwarna hitam. Dan mungkin juga, pada saat itu kondisi perut yang belum kuat berbeda dengan perut kita sekarang. Untuk formula racikan kopi di Kong Djie, yaitu 70 persen Robusta dan 30 persen Arabica,” pungkas Ismed.
Diakui oleh Ismed, dari generasi pertama hingga sekarang, kopi susu masih menempati urutan pertama dari daftar penjualan jenis kopi seduh yang ditawarkannya. “Top selling di kedai kopi Kong Djie, tetap pada kopi susu, setelah itu kopi O,” jelas Ismed.
Secara teknis meracik, kopi susu dan cappucino hampir sama. Dari ekstrak kopi espresso, kemudian ditambahkan krim susu jadilah Cappucino. Kemudian dari ekstrak kopi espresso ditambah lagi dengan satu sendok bubuk coklat menjadi mochacino. Semua dapat disajikan dalam kondisi panas maupun dingin.
Sangat dimaklumi, mengapa kopi susu menjadi signature menu kopi di kedai Kong Djie. Sebab, saat itu, susu masih menjadi barang mewah. Yang hanya mampu dibeli oleh orang berada. “Banyak hal dari jaman Papah saya terbawa ke masa sekarang dimana jaman itu susu menjadi barang yang mahal dan mewah,” ucapnya.
“Espresso adalah ekstrak kopi. Setengah dari kopi espresso ditambah setengah air panas menjadi kopi O. Kemudian dari setengah kopi espresso ditambah susu dan setengah air panas menjadi kopi susu dan cappuccino, kemudian ditambah bubuk cokelat menjadi mocachino,” takar Ismed.
Secara bisnis pun ini justru menguntungkan bagi pemilik kedai kopi Kong Djie. Sekarang kopi lebih mahal ketimbang susu. Sebab dari ekstrak kopi (espresso) dapat diracik menjadi kopi susu, cappuccino dan mochacino. Tinggal kita pandai-pandai memformulasikannya.
Mengahiri bincang ringan menjelang petang, Ismed Holidi mengaku, saat ini ia dalam satu hari bisa meminum kopi hingga puluhan gelas (espresso) dari bangun pagi, sebelum mandi harus dua gelas. Sejak kecil ia sudah diajari oleh almarhum Papahnya seperti itu. “Saya boleh dibilang bukan pencinta lagi, tapi “gila” kopi. Sudah terlalu banyak caffeine yang masuk kedalam tubuh ini,” Tutup Ismed Holidi. [Fatkhurrohim]