Integritas vs Intelektualitas, Mana yang Lebih Diharapkan Ada pada Pemimpin Perempuan?
Hasil survei Grant Thornton tersebut mengatakan adanya peningkatan jumlah perempuan yang menduduki jabatan sebagai Chief Executive Officer (CEO) ke 25% dibanding hasil survey tahun lalu yang masih berada di angka 20% di Indonesia.
Posisi senior manajer tertinggi dengan populasi perempuan terbanyak di Indonesia dipegang oleh Chief Finance Officer sebanyak 56%, yang melampaui perolehan hasil tahun lalu yang berada di angka48%. Disusul Human Resources Director sebanyak 40% dan Chief Information Officer sebanyak 31%.
Hal itu tentu membawa sebuah harapan bahwa selama seorang perempuan bisa membuktikan kemampuannya, maka bukan tidak mungkin dia akan diangkat atau dipromosikan untuk menempati posisi-posisi penting, bahkan bisa jadi posisi puncak kepemimpinan.
Baca Juga : Kiprah Puan Maharani, Warisan Gemblengan Taufik Kiemas
Di dalam negeri, misalnya ada Nike Widyawati yang dipercaya menjadi Direktur Utama Pertamina sejak Agustus 2018 atau Presiden Direktur XL Dian Siswarini yang menjadi bos perempuan pertama yang memimpin perusahaan telekomunikasi itu.
Di luar negeri ada Mary Barra yang menjadiCEO General Motors sejak 2014 atau Lisa Davis, yang merupakan CEO Siemen Corporation di Amerika Serikat. Dalam perpolitikan, perempuan juga masuk dalam beberapa jajaran pemimpin yang dianggap paling berpengaruh.
Nama-nama yang muncul seperti mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, dan Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg. Bagaimana dengan Indonesia?
- Penulis : Amanda Anggita – Anggota Gerakan Perempuan Indonesia Satu
- Foto Ilustrasi : freepik