News

Jenis-jenis Pelecehan Seksual di Ranah Digital

WARTAEVENT.COM, Kota Mojokerto – Dibanding di dunia nyata, aktivitas di media sosial lebih banyak dilakukan oleh masyarakat, apalagi saat masa pandemi kayak sekarang ini. Kedekatan dengan teknologi ini tidak selamanya membawa dampak baik.

“Identitas dan data diri kita yang tersebar di internet bikin kita rentan jadi korban kejahatan, salah satunya adalah pelecehan seksual di ranah digital, yang kemudian disebut juga dengan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO),” papar Tetty Kadi, Artis, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (31/8/2021).

Ia menambahkan, beberapa jenis KBGO yang harus diketahui. Semakin dipahami, maka akan semakin waspada dengan perilaku orang-orang di dunia virtual, juga mengantisipasi perilaku sendiri di dunia maya.

Ini beberapa jenis-jenis pelecehannya, seperti:

  • Sexting (Sex-Testing)

Sexting adalah bentuk pelecehan seksual verbal yang banyak terjadi di ranah digital. Ini merupakan aktivitas mengirimkan atau mengunggah konten intim, seperti foto telanjang, atau setengah telanjang, juga pesan teks bermuatan seksual, tanpa persetujuan kedua belah pihak. Para pelaku ini biasanya banyak melancarkan aksinya di berbagai platform media sosial, termasuk platform yang mempertemukan orang asing.

  • Non-Consensual Dissemination of Intimate Images

Ini merupakan penyebaran foto, suara/audio, video, atau ujaran berisi konten seksual milik seseorang tanpa persetujuan. Salah satu bentuk yang sering didengar adalah revenge porn atau penyebaran konten intim milik seseorang sebagai bentuk balas dendam atau ancaman. Banyak pelaku yang melakukan ini dengan motif mengancam kekasihnya, mulai dari memaksa supaya tidak memutuskan hubungan sampai bujukan melakukan hal sesuai keinginan pelaku.

  • Body-Shaming

Karena selain menyerang aspek seksualitas, pelaku pelecehan di ranah digital kerap menyerang aspek gender. Bukan cuma di dunia nyata, di dunia virtual pun masih ada orang yang mencela dan menghujat penampilan fisik seseorang karena dinilai tak sesuai standar masyarakat. Misalnya, cewek harus bertubuh langsing, berambut panjang, dan berpenampilan feminin pakai gaun atau rok.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (31/8/2021) juga menghadirkan pembicara Ryzki Hawadi (CEO Attetion Indonesia), Chairri Ibrahim (CEO & Founder Integrated Marketing Communication Consultant), Ellangga Seta (CEO PT. Indokonten Sukses Makmur), dan Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader. 

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *