Kanal Indonesiana TV Melihat Sejarah Indonesia dalam Perspektif Budaya
Sementara untuk pengembangan keluar, Indonesiana diharapkan bisa menjadi platform yang mempromosikan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional.
“Jadi kalau sekarang di sini kita bisa melihat tayangan dari berbagai negara, kita juga berharap agar kanal budaya Indonesia bisa dilihat di saluran-saluran TV kabel di luar negeri, ini menjadi sasaran di 2022-2023,” katanya.
Monolog “Di Tepi Sejarah”
Setelah tayang di kanal Youtube Budaya Saya pada 18 – 25 Agustus 2021 lalu dan mendapatkan sambutan yang antusias dari masyarakat. Monolog “Di Tepi Sejarah” akan ditayangkan di kanal Indonesiana.TV milik Kemendikbudristek.
Baca Juga : Merajut Arsip Sejarah Hubungan Kebudayaan Indonesia-Korea
Pementasan ini bisa diakses melalui Kanal Indonesiana. Kanal ini dapat diakses melalui siaran televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD) atau laman ini atau indonesiana.tv.
Hilmar berharap karya Monolog ini dapat diakses oleh lebih banyak penonton selain itu Hilmar juga menjelaskan bahwa rangkaian monolog ini merupakan inisiatif kecil yang dapat memberi makna baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Sudut pandang lain dalam melihat peristiwa sejarah yang ditawarkan dalam seri monolog ini menunjukkan bahwa kontribusi sekecil apapun dalam perjuangan kemerdekaan juga begitu berarti.
“Tokoh-tokoh yang diangkat dalam pentas ini mewakili semangat perjuangan seluruh komponen rakyat Indonesia kala itu untuk keluar dari penjajahan. Semangat yang sangat dibutuhkan hari ini ketika Indonesia tengah berjuang melawan pandemi,” imbuhnya.
Baca Juga : Media Digital Salah Satu Ujung Tombak Dalam Mempromosikan Budaya dan Pariwisata Indonesia
Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” ini diprakarsai oleh Happy Salma dan Yulia Evina Bhara selaku Produser dari Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media. Pentas ini juga merupakan kerja bersama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbudristek.
Untuk produser dari Titimangsa Foundation, Happy Salma, menambahkan bahwa ide awal seri monolog Di Tepi Sejarah tercetuskan ketika ia sedang menggarap monolog “Aku Istri Munir” yang berkisah tentang Suciwati Munir dan naskahnya ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma. [*]
- Penulis & Editor : Fatkhurrohim