Kemenpar Dorong Pariwisata Naik Kelas Lewat Go Beyond Ordinary
WARTAEVENT.com – Jakarta. Di tengah dinamika pariwisata global yang kian menekankan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus berbenah.
Melalui pendekatan baru yang lebih berfokus pada pengalaman, kebersihan, dan keseimbangan ekosistem, pemerintah ingin memastikan pariwisata Indonesia tak hanya menarik wisatawan, tetapi juga meninggalkan jejak positif bagi alam dan masyarakat lokal.
Baca Juga : Mau Healing Sekalian Olahraga? Coba Tea Walk Ciater, Subang
“Ke depan, tren pariwisata adalah tentang experience, bukan sekadar tempat,” ujar Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar, Ni Made Ayu Marthini, dalam sesi live talkshow bersama Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di akun Instagram @forwaparekraf.
Dalam perbincangan yang menjadi bagian dari Forwaparekraf Tourism Week tersebut, Ni Made menekankan bahwa peningkatan kualitas pelayanan dan ekosistem destinasi menjadi kunci agar pariwisata Indonesia benar-benar “naik kelas”. Salah satu pondasi utamanya adalah kebersihan.
“Orang berwisata ingin mendapatkan pengalaman terbaik. Kalau tidak bersih, berarti belum naik kelas,” tegasnya.

Lebih jauh, Ni Made menjelaskan bahwa konsep keberlanjutan dalam pariwisata bukan sekadar jargon hijau, tetapi tentang keseimbangan antara alam, budaya, dan kesejahteraan masyarakat. “Pariwisata yang baik adalah yang menjaga lingkungan, melestarikan budaya, dan memakmurkan masyarakat. Tiga hal itu harus jalan bersama,” ujarnya.
Kemenpar kini tengah menyiapkan Program Unggulan Pariwisata 2025, yang menjadi peta jalan menuju pariwisata masa depan. Ada lima fokus utama dalam transformasi tersebut:
Baca Juga : Seni Berburu dan Menangkap Cahaya Milky Way di Langit Jailolo
Pertama, transformasi digital lewat Tourism 5.0, dengan penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu wisatawan menemukan destinasi yang berkelanjutan.
Kedua, Penguatan subsektor gastronomi, bahari, dan wellness tourism, bagian dari inisiatif Pariwisata Naik Kelas yang menonjolkan kekayaan lokal. Ketiga, penyelenggaraan event global berbasis kekayaan intelektual Indonesia, untuk memperkuat identitas kreatif bangsa.
Keempat, pengembangan desa wisata berbasis komunitas, di mana masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan. Terakhir, penguatan kebersihan dan higienitas destinasi, lanjutan dari Gerakan Wisata Bersih yang kini telah menjadi praktik baku di berbagai daerah wisata.
