News

Laporan Akhir Tahun Pariwisata: Transformasi Pariwisata Digital…?

Warta Event – Jakarta. Pertumbuhan pariwisata Indonesia Januari – Oktober 2017 sebesar 24%, menempatkan Indonesia di posisi 20 besar negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat yang dicapai dalam kurun waktu tiga tahun. Hal ini memberikan pendapatan bisnis yang besar, serta menciptakan lapangan kerja.

Pertumbuhan ekonomi ini juga diikuti dengan perubahan gaya hidup yang semakin go digital – komunikasi lebih bersifat personal, mobile, dan interaktif. Sekitar 70% dari pencarian dan sharing data menggunakan cara digital. Media digital bahkan dinilai empat kali lebih efektif dalam menyampaikan pesan daripada media konvesional.

Revolusi digital tidak bisa dihindari. Secara alamiah akan mengubah dunia dan menciptakan model bisnis baru. Adapun tiga revolusi dalam bidang bisnis yang terpengaruh oleh perubahan gaya hidup digital antara lain komunikasi, transportasi, dan pariwisata.

Para pelaku industri yang menggunakan cara konvensional akan sulit bersaing dengan mereka yang menggunakan platform digital. Pelaku industri digital ini melakukan sharing economy, mengoptimalkan kapasitas, menjual yang kosong dengan harga murah, dan mencari return dari cross selling. Semua dilakukan secara digital.

Dalam bisnis digital muncul pemain-pemain baru seperti Google, Facebook, dan Whatsapp yang menguasai industri telekomunikasi. Gojek, Uber, dan LCC yang menjadi pemain utama di industri tranportasi. Sementara itu dalam pariwisata, travel agent konvensional akan sulit bersaing  dengan online travel agent seperti tripadvisor, traveloka, dan travelio.

“Industri pariwisata, cepat atau lambat akan menghadapi perubahan yang revolusioner. Dan untuk bersaing, pariwisata harus mengikuti perubahan gaya hidup konsumen,” tegas Arief Yahya, Menteri Pariwisata, saat Jumpa Pers Akhir Tahun pada hari Kamis (21/12/2017) kemarin di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta.

Nontunaidotcom
foto: nontunai.com

Dari penelitian yang dibuat UNWTO pada 2017 mengenai aktivitas wisatawan yang menggunakan platform digital, diketahui sekitar 82% wisatawan lebih suka mencari langsung informasi mengenai suatu destinasi wisata menggunakan platform ini.

Sisanya 53% wisatawan menggunakan platform digital untuk mencari akomodasi, 47% digunakan untuk mengetahui transportasi di destinasi wisata, 36% wisatawan menggunakan platform digital untuk mengetahui rekomendasi tempat makan, dan 40% menggunakan untuk mencari aktivitas wisata yang dilakukan di destinasi.

Platform ini menghubungkan langsung penyedia jasa dengan konsumen, khususnya yang menyediakan akomodasi. Beberapa diantaranya Air BnB, HomeAway, Homestay.com, VRBO, Travelmob, dan lain sebagainya. Tidak jarang, platform digital baru ini mendapatkan pendapatan jauh lebih besar daripada platform konvesional.

Untuk menghadapi tantangan ini, industri perhotelan melalui PHRI meluncurkan produk digital baru dengan nama bookingina.com. Platform ini mengumpulkan berbagai hotel dan restoran yang tergabung di bawah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk sama-sama menjual dan menerapkan sharing economy. [Fatkhurrohim/photo:experienceluxury.co]