Event

Literasi Digital Membutuhkan Peran Media Untuk Konten Positif

WARTAEVENT.com, Kab. Probolinggo – Pentingnya literasi digital bukan hanya sekadar info mengenai bagaimana membuat akun dan seputarannya, namun ada banyak sisi yang bisa dipelajari. Bahkan mereka yang piawai dengan digital dan bisa mengembangkannya justru menemukan karier di dalamnya. Karena itulah masyarakat yang aktif berinternet dan bermedia sosial ini membutuhkan literasi digital yang lebih.

Ayrton Edoardo,S.S  selaku Founder & Director Crevolutionz membahas tentang bahaya pornografi dan etika digital. Literasi bahaya pornografi di ruang digital ini tidak lagi tabu. Apalagi kini kejahatan bermotif seksualitas semakin tinggi.

Tulis britannica.com, pornografi adalah gambaran perilaku seksual dalam bentuk buku, patung, gambar bergerak dan media lainnya yang ditujukan untuk menyebabkan kesenangan seksual. Maka etikanya, kegiatan yang personal tersebut tidak untuk diumbar di ruang publik.

“Etika sama halnya dengan kita hidup di real life tentunya ada beberapa pilar. Lalu kita bingung nih apakah ini bisa dianggap pornografi atau tidak itu ada parameter yaitu kultur budaya, agama, peradaban. Jika tidak bersinggungan dengan ketiganya mungkin aman,” ujar Ayrton.

Ayrton juga memaparkan agama juga telah mengajarkan seksualitas sebagai sesuatu yang suci, penghormatan yang harusnya terjadi dalam pernikahan. Tentunya nilai itu juga yang harus kita junjung ketika memposting sesuatu di media sosial.

Beberapa dampak pornografi yaitu adiksi, akan membentuk pola ketergantungan dan dapat mengganggu fungsi sebagai mahluk sosial. Kedua miskonsepsi seksualitas yaitu

penggambaran aktivitas seksual yang vulgar, melencang, dan extreme dalam materi porno akan membentuk konsep seksualitas yang negatif dan tendensius dalam pola pikir manusia. Lalu masalah sosial, adiksi pornografi banyak menyebabkan timbulnya masalah sosial dan kesusilaan dalam masyarakat. Dampak kriminal dan peristiwa trauma sangat rentan terjadi.

“Lalul apa proteksi untuk generasi beretika digital dan paham seksualitas. Ada tiga peran penting yang harus terlibat hal ini. Pertama peran keluarga, yang lebih tua mengajarkan ke yang muda.  Harus ada keterbukaan yang sehat dalam komunikasi keluarga seputar isu seksualitas dan gender. Kedua peran pendidikan, lembaga pendidikan formal atau tidak juga perlu memberikan suplementasi sesuai rentang usia peserta didiknya. Terakhir adalah peran media. Kita perlu mendorong produksi konten dan lebih sehat secara konsep dan berbudaya positif,” jelasnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat (11/6/2021)

Webinar ini juga menjadi salah satu sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi. Selain Ayrton hadir juga dalam webinar wilayah Probolinggo, Jawa Timur ini Fathul Qorib (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNTRI & Anggota ASPIKOM JATIM), Supoyo, SH,.MM (Anggota DPRD Kab Probolinggo), Yulius Christian (Kadis Kominfo Kab Probolinggo), dan Key Opinion Leader, Firas Yodha Saskara.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *