Mari Optimalkan Kemudahan Dunia Digital untuk Majukan Wisata Daerah
WARTAEVENT.com – Toli Toli. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada hari Selasa (30/11/2021) di Kepulauan Toli Toli, Sulawesi Tengah.
Kolaborasi ketiga lembaga pada acara kali ini, tema yang diangkat adalah “Promosi Digital Agar Daerah Wisata Terkenal”. Dan diikuti oleh 1.029 peserta dari berbagai kalangan masyarakat.
Ada 4 narasumber pada sesi sesi webinar siang ini, di antaranya, Ketua Jurusan Administrasi Publik FISIP Universitas Sintuwu Maroso, Poso Fitria Y. Alim; Pendiri Digital Media Tana Poso/Co-Founder Yayasan Sikota Mombine, Gunawan Primasatya; Kreator Konten sekaligus Duta Bahasa dan Wisata Gorontalo, Akbar Rizki Datau; dan Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Dipa Makassar Indra Samsie.
Fitria Y. Alim yang didapuk sebagai pemateri pertama menyampaikan bahasan “Digital Skill, Pentingnya Memiliki Digital Skills di Masa Pandemi Covid-19”. Fitria mengatakan, kecakapan digital memberi manfaat, di antaranya membangun relasi, berbagi keahlian, menambah pengetahuan, menggunakan internet dengan aman dan tenang, meningkatkan pendapatan, serta bertahan di era modern.
Agar memiliki kecakapan digital, yang perlu dilakukan adalah menguasai Bahasa Inggris, menulis artikel, memahami SEO, menguasai coding, dan keterampilan edit gambar serta video. “Pemasaran digital untuk tujuan wisata bisa dilakukan dengan membuat laman dan akun media sosial, iklan daring, membuat aplikasi, forum diskusi, serta konten yang menarik,” terangnya.
Pemateri kedua Gunawan Primasatya menyampaikan materi “Peran dan Fungsi e-Market dalam Mendukung Produk Lokal”. Paradigma baru wisata adalah melestarikan dan mengembangkan keaslian, infrastruktur, keramah-tamahan, dan konservasi.
“Dalam promosi wisata dan produk lokal, yang harus dihindari yakni eksploitasi keseimbangan alam, eksploitasi anak, memberikan informasi salah, informasi kurang detail, melanggar nilai lokal, dan membandingkan dengan wisata lain,” kata Gunawan.