Media Sosial Membuat Pola Perilaku Masyarakat Mengalami Pergeseran
WARTAEVENT.COM, Kab. Situbondo – Interaksi telah berubah dari pola tradisional face to face menjadi interaksi bersifat maya. Interaksi pada dasarnya merupakan relasi antara dua sistem. Ada sistem pertama dan kedua. Misalnya, pada webinar pembicara menjadi sistem pertama dan peserta menjadi sistem kedua.
Tiurida Lily Anita, Faculty Member Binus University, menjelaskan interaksi memiliki aksi dan reaksi, Maka dari itu, dibutuhkan lebih dari satu orang untuk berinteraksi. Interaksi juga menggunakan simbol tertentu untuk berkomunikasi. Bahasapun termasuk ke dalam simbol. Kemudian, pada interaksi tentunya ada tujuan.
Menurut teori yang disampaikan bentuk interaksi terbagi menjadi dua. Pertama, asiosiatif yakni interaksi berada dalam keadaan harmonis dalam artian tidak ada interaksi negatif. Kedua, disosiatif merupakan interaksi yang di dalamnya berisi pertentangan.
“Interaksi pada proses asosiatif kita mengenal adanya empat kegiatan yang bisa dikelompokkan. Kita mampu menciptakan kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi,” ujar Tiurida saat menjadi pembicara di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Selasa (6/7/2021).
Sebaliknya, proses disosiatif sifatnya lebih ke arah negatif. Kegiatannya bisa dikelompokkan menjadi persaingan, kontraversi, dan konflik. “Kalau saat kita berinteraksi, yang perlu dicari adalah solusi. Supaya proses disosiatif itu tidak ada,” tambahnya.
Lahirnya media sosial membuat pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran. Baik dari segi budaya, etika, dan norma yang saat ini dijadikan satu dalam interaksi berbentuk digital. Interaksi digital mengurangi interaksi di dunia nyata.
Media sosial atau semua platform digital menjadi wadah di mana setiap makhluk sosial bisa berinteraksi. Masyarakat pun dengan mudah berinteraksi dan menciptakan interaksi pada platform digital. Hal tersebut bisa dilakukan semaksimal mungkin untuk membantu diri sendiri dan orang sekitar.
Adanya media digital ini, positifnya kita bisa melihat bahwa kita masih bisa berinteraksi dengan orang lain. Kita walaupun jauh, tetap berkomunikasi sehingga terjadi dialog yang interaktif. Kemudian, digitalisasi juga mendukung pekerjaan menjadi lebih efisien. Saat ini, manusia harus belajar bagaimana mahir menggunakan media sosial atau platform digital unutuk memudahkan interaksi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Selasa (6/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dini Noor Aini (Dosen FISIP Universitas Abdurachman Saleh Situbondo (UNARS)), Nugroho (Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Situbondo), Mujibur Rahman (Staf Pelaksana Sekretariat KPU Situbondo), dan Mochammad Umar.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.